
SURABAYA (Lenteratoday) – Di masa pandemi Covid-19 ini, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengharapkan upaya perlindungan anak lebih mengarah pada perlindungan kesehatan. Salah satunya adalah ketersediaan ruang isolasi Covid-19 untuk ibu dan anak di tiap-tiap rumah sakit.
“Jadi, kita mengetahiui banyak rumah sakit yang kurang care terhadap anak-anak yang terkonformasi Covid-19. Oleh karena itu, melihat perlindungan anak tentu di dalamnya adalah perlindungan kesahatan, jiwa, dan nyawa anak. Tugas kita bersama adalah melindungi nyawa dan jiwa anak,” katanya saat membuka pertemuan Koordinasi Persiapan Penilaian dan Sosialisasi Aplikasi KLA Kabupaten/Kota se Jawa Timur tahun 2021 di Hotel Harris, Surabaya, Selasa (9/3/2021).
Dalam kesempatan itu, Khofifah menegaskan bahwa saat pandemi Covid-19 ini belum ada survey vaksinasi anak. Sehingga adanya kemungkinan anak terkonfirmasipositif ini harus dilindungi. Termasuk juga perlindungan anak dari berbagai macam lingkungan yang bisa menyebabkan mereka terpapar Covid-19.
“Sejak Maret, hampir tiap malam saya berinteraksi dengan rumah sakit dan dokter. Saya update dengan banyak pasien, ada ibunya hamil 8 bulan dan positif, anaknya 2 tahun dan positif. Adakah rumah sakit yang memiliki satu kamar untuk ibu hamil dan balita, adakah anggota keluarga lain yang melakukan kontak erat. Ternyata ada, dua budenya juga positif. Saya bilang, dua bude dan anak ini diisolasi mandiri dan dilakukan pengawasan yang ketat,” katanya.
Gubernur yang juga mantan menteri sosial ini menegaskan bahwa saat ini tidak semua rumah sakit memiliki tempat layanan Covid-19 untuk anak anak, termasuk satu layanan untuk ibu dan anak. Khofifah mennambahkan bahwa sebetulnya ini bukan domain dari Dinkes dan Satgas Covid-19 saja, namun juga domain dari semua pihak dalam memberikan perlindungan pada anak-anak.
Dihadapan para utusan Kabupaten/Kota se Jatim, Khofifah menandaskan bahwa pada penilaian aplikasi KLA ini tidak hanya untuk mengejar penilai dengan mengisi aplikasi dengan benar saja, namun juga ada sisi lain yang lebih penting.
“Saya juga minta tolong, di luar dari apa yang dinilai, jadikan orientasi kita bukan sekedar mengejar penilaian bahwa kita bisa mengisi aplikasi dengan benar, kemudian kita dengan sekoring sistem menjadi baik. Itu bukanlah satu satunya tujuan tapi membentuk karakter anak, mental anak itu tidak kalah petingnya,” tandas Khofifah.
Sementara itu, Andriyanto, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur mengatakan bahwa dalam pertemuan koordinasi ini dalam rangka penguatan Kabupaten/kota layak anak di Jatim.
Dia menandaskan bahwa di Jatim masih ada tiga daerah yang belum mendapatkan penghargaan kabupaten/kota layak anak. Ketiga daerah tersebut adalah Bangkalan, Sampang dan Ponorogo. “Pada 2021 ini kita harapkan semua bisa mendapatkan penghargaan KLA,” kata Andriyanto.
Lebih lanjut, dia menyebutkan salah satu factor Ponorogo belum mendapatkan penghargaan KLA karena pada 2018 lalu Kabupaten Ponorogo ada kesalan input data pada aplikasi. Kemudian untuk Sampang dan Bangkalan memang saat itu belum ada peraturan daerahnya. Kemudian capaian angka kematian ibu dan anak, status gizi memang masih rendah.
“Dengan didamping faslitator, insya Allah ketiganya akan mendapatkan penghargaan itu. Yang paling bagus itu kota Surabaya, masuk kategoio utama,” tandasnya. (ufi)