19 April 2025

Get In Touch

Warga Borobudur Tolak Kremasi Murdaya Poo, Ini Alasannya

Prosesi penyemayaman Murdaya Poo di GVA Mendut, Magelang, Senin (14/4/2025) -Foto Kompas
Prosesi penyemayaman Murdaya Poo di GVA Mendut, Magelang, Senin (14/4/2025) -Foto Kompas

MAGELANG (Lentera) -Rencana kremasi pengusaha properti Murdaya Widyawimarta Poo di Dusun Ngaran II, Desa/Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, ditolak oleh sebagian warga setempat.

Penolakan itu disampaikan dalam mediasi yang melibatkan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan Pemerintah Kabupaten Magelang, Rabu (16/4/2025).

Warga menyatakan keberatan karena lokasi kremasi berada di lingkungan tempat tinggal mereka.

"(Warga) menolak apapun bentuknya," ujar Maryoto, Kepala Dusun Ngaran I dan II, saat mediasi di kompleks Sekretariat Daerah Kabupaten Magelang.

Kekhawatiran Warga

Menurut Maryoto, warga tidak nyaman jika prosesi kremasi dilakukan di tengah permukiman, meski hanya bersifat sementara.

Mereka khawatir terhadap aspek lingkungan, kesehatan, dan kenyamanan sosial, terutama karena metode yang akan digunakan adalah kremasi terbuka menggunakan kayu cendana.

Rencana kremasi tersebut akan dilakukan di sepetak lahan milik istri Murdaya, Siti Hartati Murdaya, dekat Graha Padmasambawa, pada 7 Mei 2025. 

Warga juga mempertanyakan potensi dampak dari asap dan bau pembakaran jenazah, serta trauma sosial yang bisa timbul bagi anak-anak dan warga lanjut usia.

Penjelasan Walubi

Ketua DPD Walubi Jateng, Tanto Soegito Harsono, menjelaskan bahwa kremasi dilakukan atas permintaan keluarga Murdaya Poo.

Prosesnya akan memakai kayu cendana, disusun hingga setinggi 2 meter, dan dikelilingi batu untuk mengendalikan api. Area tersebut akan dibersihkan kembali setelah prosesi.

"Kami tidak pernah berencana untuk membangun krematorium," tegas Tanto. 

Ia juga menekankan bahwa tradisi kremasi kayu hanya dilakukan untuk tokoh agama atau tokoh terpandang, bukan praktik umum bagi umat Buddha biasa.

Jenazah Murdaya saat ini masih disemayamkan di Vihara Griya Vipasana Avalokitesvara Mendut, dan akan berada di sana hingga 6 Mei 2025. Kremasi dijadwalkan keesokan harinya.

"Taman Nasional Sebangau ini porsinya sangat strategis untuk mitigasi perubahan iklim, tidak hanya di Indonesia bahkan di global," pungkasnya, mengutip Kompas. 

Tanto juga menyebut, praktik serupa pernah dilakukan di Bukit Dagi, kawasan Taman Wisata Borobudur, pada 20 tahun lalu untuk Bhante Win, salah satu tokoh agama Buddha.

Belum Ada Kesepakatan

Meski mediasi berlangsung hampir empat jam, belum ada kata sepakat. Namun Bupati Magelang Grengseng Pamuji mengapresiasi warga dan pihak terkait yang bersedia duduk bersama.

"Kalau belum ada (kesepakatan), dengan segala kerendahan hati, mari duduk bersama lagi," katanya (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.