30 December 2025

Get In Touch

Wajib Me-mulia-kan Setiap Ibu

Yunus Supanto
Yunus Supanto

OPINI (Lentera) -“Ibu, menggoyang ayunan anaknya dengan tangan kanan, dan tangan kirinya menggoyang (guncangkan) dunia.” Begitu satir yang ditulis oleh panglima perang (asal Perancis) yang paling sukses di se-antero Eropa, Napoleon Bonaparte. Pemimpin de-facto beberapa negara (sebagai Kaisar Perancis, dan Presiden Italia), sangat memuliakan kaum ibu. Realitanya hingga kini, di seluruh dunia, setiap ibu memanggul tanggungjawab ekonomi, dan sosial, lebih besar.

Di Indonesia, Peringatan Hari Ibu ke-97 (tahun (2025) diguncang dengan tragedi anak perempuan (calon ibu) membunuh ibu kandungnya. Peristiwa tragis di Medan, Sumatera, bersamaan dengan banjir bandang dan tonoh longsor, di seantero Sumatera bagian utara.

Dan netizen tak kalah sigap “melindungi” anak yang berstatus tersangka. Diyakini, bukan anak kandung perempuan yang menikam ibundanya. Melainkan terdapat manusia kejam lain. Anak kandung perempuan sekaligus menjadi korban kebiadaban.

Namun netizen (dan seluruh rakyat Indonesia) masih menunggu penyelidikan dan penyidikan Polisi. Sementara waktu, Polisi masih berpijak pada penampakan saat kejadian. Tetapi anak tersangka masih terguncang. Menurut analisis psokologi, emosi dan kognitif putri usia 12 tahun, tergolong belum matang. Nyaris mustahil, menikam berpuluh-puluh kali hingga menewaskan ibu kandungnya. Analisis tentang tenaga (fisik) juga nyaris mustahil. Sehingga tindakan ekstrem (tragis), sangat perlu pendalaman.  

Banyak netizen menitikkan air mata. Terungkap rasa prihatin dan empati, terhadap korban sekaligus kepada terduga pelaku. Serta banyak netizen yang cemas, dengan mempertanyakan proses hukum terhadap terduga pelaku anak.

 Ibu-bu di Aceh Tamiang menerima penyaluran bantuan: bangkitkan harap di tengah gelap
Ibu-bu di Aceh Tamiang menerima penyaluran bantuan: bangkitkan harap di tengah gelap

Padahal pasti, akan diberlakukan UU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Tercantum dalam pasal 3, terdapat 16 hak keringanan. Antara lain adanya tindakan rekreasi, dan bebas dari penyiksaan.

Serta tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam. Terutama, tidak dijatuhi hukuman pidana mati atau pidana seumur hidup. Bahkan sebagian akan menjalani proses “diversi.” Yakni, pengalihan penyelesaian perkara ke luar peradilan.

Bisa melalui restorative justice. Perdamaian. Pertimbangannya, bisa jadi, pelaku merupakan korban dari situasi rumit ke-rumahtangga-an. Terduga pelaku anak yang sekaligus sebagai calon ibu, memiliki pendampingan psikologis dengan penuh kasih.

Memperingati Hari Ibu ke-97, masih banyak kaum ibu di berbagai penjuru dunia, mengalami nasib tragis. Tak terkecuali se-level Maria Antoinette, Ratu Prancis. Dalam Satir Napoleon Bonaparte, Maria Antoinette, digambarkan “tangan kirinya mengguncang dunia.” Ironisnya, ketiga kaum ibu terjebak dalam pusaran politik. Nelangsa pada akhir hayatnya. Maria Antoinette, dihukum penggal dengan guillotin (pisau silet besar) oleh gerakan revolusi Prancis.

Berikutnya, banyak tokoh kaum ibu, harus menanggung beban politik berat, berujung pengorbanan nyawa. Yang terbaru, nasib tragis dialami Sheikh Hasina, Perdana Menteri Bangladesh. Setelah berkuasa selama 15 tahun, malah harus melarikan diri ke India.

Pada Pengadilan di Bangladesh, Sheikh Hasina, telah dijatuhi hukuman mati. Sebelumnya, tokoh-tokoh ibu yang mengalami nasib tragis, antaralain Indira Gandi (di India), Benazir Butho (Pakistan), serta Cut Nya’ Din (Aceh).

Nasib nelangsa, juga menjadi gambaran mayoritas kaum ibu di Asia (termasuk di Indonesia). Kaum ibu masih terhimpit tekanan dari berbagai arah. Menanggung beban ke-rumahtangga-an serta sosial dan perekonomian.

Berbagai sindikat kejahatan, juga menjadikan kaum ibu sebagai sasaran paling empuk. Namun bersyukur, paradigma agama-agama mengajarkan, bahwa ibu lebih utama dibanding seluruh isi dunia. Agama Hindu,  mengajarkan anak-anak, agar meminum air bekas cuci kaki ibunya.

Agama Islam mengajarkan, ke-rela-an Allah bergantung pada ke-rela-an ibu. Serta ajaran ke-rumah tangga-an, bahwa surga di bawah telapak kaki ibu (*)

Penulis: Yunus Supanto, Wartawan Senior dan Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Surabaya|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera.co.
Lentera.co.