OPINI (Lentera) -Presiden Prabowo Subianto (PS). Sering dapat aplaus meriah jika berpidato.
Gesturnya menarik perhatian. Sambil goyang-goyangkan tubuhnya yang tambun. Jari telunjuknya mengarah ke kiri dan kanan. Tak jarang ia tampilkan gerakan joged.
Assyik Coi......!!!.
Ia pun lalu memperoleh julukan: "Presiden Gemoy.
Tapi tiba-tiba perubahan cepat terjadi 180 derajat. Jadi serius. Prabowo lalu bersemangat bahas hilirisasi. Berapi-api bahas berantas korupsi. Bahas optimisme pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Berubah lagi, narasi santai. Ah....kocak lah pokoknya. Cocok sekali dengan gaya Purbaya Yudi Sadewa.
Anda pasti familiar dengan nama ini. Bukan GPH Purbaya, asal Karaton Surakarta Hadiningrat lho. Tapi, lelaki kocak yang dipilih Sang Presiden jadi Menteri Keuangan.
Di tangan Purbaya, urusan berat jadi ringan. Seringan balon yang diisi karbit. Wus.....cepat terbang tinggi.
Balon warna-warni dalam jumlah banyak di udara menarik perhatian jutaan mata.
Purbaya pun menarik perhatian puluhan juta rakyat Indonesia. Ceplas-ceplos. Tapi diselingi candaan. Dibalik joke terkandung makna serius. Orang Jawa bilang: nylekit (Jawa: menusuk atau menyakitkan).
Tapi yang terkena sasaran kritik, pun tak terasa sakit-sakit amat. Mereka bahkan ikut-ikutan tepuk tangan.
Pasti Anda juga masih ingat nama Susi di zaman Presiden Jokowi. Ya.....Susi Pudjiastuti. Itu, Si Menteri Perikanan yang tajir melintir. Pemilik Maskapai Penerbangan "Susi Air".
Menteri yang terkenal nyentrik, namun trengginas dan tegas. Wanita pemilik tatto di kaki kanan ini, sering menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri ikan di laut perairan Indonesia.
Satu kata yang mencerminkan ketegasan dan keberaniannya adalah : Tenggelamkan!
Masyarakat luas pun bersorak. Nonton televisi, kapal-kapal asing ilegal ditenggelamkan.
Banyak yang menyukai figur Susi. Sopok begini, agaknya disukai presiden kocak macam Prabowo. Bukan tak mungkin, suatu saat presiden akan merekrutnya.
Presiden Republik Indonesia yang tak kalah "nyentrik" masih ada. Siapa dia?. Siapa lagi kalo bukan Gus Dur. Ya, KH Abdurrahman Wahid.
Nyentrik atau dalam Bahasa Inggeris Eccentric, artinya macam-macam. Tergantung konteksnya. Saya pilih, "nyentrik" berarti: unik dan menarik.
Dari mulut presiden yang juga Sang Kyai. Sering kita dengar kata - kata atau kalimat satire. Disampaikan dengan guyonan.
Menyindir dan mengena. Nadanya nyeletuk disertai tawa. "DPR kok kayak Taman Kanak-kanak". Kata dia suatu ketika. Spontan membuat orang ngakak.
Para anggota DPR yang ditunjuk hidung pun tak bisa apa-apa. Pasti sakit, tapi bukan berarti tak tertawa.
Presiden yang satu ini tak hanya "nyentrik".Tapi juga lucu. Kelucuannya tentu menghibur. Tak hanya dirasakan rakyat jelata. Tapi juga para petinggi negara.
Bukan hanya dikagumi di dalam negeri. Tapi sampai manca negara. Ingat saat - saat menjelang pelengserannya?.
Ada satu kalimat unik yang diucapkannya : "Gak dadi presiden, yo gak pathek en". Itu Bahasa Jawa. Secara harfiah, artinya: Tidak jadi presiden, ya tidak menjadi masalah".
Itu ucapan gaya Jawa Timuran atau bahasa gaul. Gaya Suroboyo-an. GUS Dur memang Arek Jombang, Jatim. Pathek adalah sejenis penyakit kulit. Bintik - bintik. Terasa gatal. Sering menyerang "kawulo alit". Atau rakyat jelata.
Ucapan Gus Dur bagi generasi Z, kurang lebih: "Gak jadi presiden ? Emang gue pikirin. Santai aja Bro." Jabatan presiden bukan akhir segalanya.
Di tingkat internasional, kita juga mengenal presiden kocak. Siapa coba? Pasti anda mengenalnya. Itu dia, Trump. Ya, Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat ini, tak hanya kocak. Tapi sering membuat presiden dan petinggi negara lain gemetaran.
Baru dilantik jadi presiden. Ia memerintahkan membangun tembok tinggi, pembatas AS - Meksiko. Bayangkan, pagar sepanjang ribuan kilometer.
Tujuannya, membatasi imigran yang membanjir dari negeri tetangga. Tak main - main ini. Butuh biaya jumbo. Pada hal, perekonomian AS sedang tak baik2 saja. Kontan memantik protes keras di Kongres. Terutama dari Partai Republik.
Trump berperan aktif juga dalam usaha perdamaian di jalur Gaza. Tapi tak sedikit bantuan yang digelontorkan pada Israel dalam perang melawan Hamas. Trump berstandar ganda.
Kejutan di bidang ekonomi. Ia menggoncangkan dunia. Pengusaha schok. Buruh pun ikut terdampak langsung.
Akibat tarif ekspor barang ke AS ditinggikan. Banyak industri gulung tikar. PHK pun terjadi di mana-mana.
Yang pertama dan terbesar negara sasaran adalah China. Trump mengenakan tarif barang ekspor dari China. Ugal-ugalan 145 persen. Gila ini.
Tapi itulah Trump. Presiden AS yang "nyentrik".
Tapi China, kini bukan negara miskin tak berdaya. Presiden Xi Jinping, bukan anak kemarin sore. Ia tak tinggal diam. Ia membalas gebrakan itu.
Ia naikkan tarif impor 125 persen untuk: kedelai, jagung, daging babi dari AS. Sambil menyelam minum air. Xi Jinping juga bernegosiasi.
Trump diminta menurunkan tarif. Bukan sekedar minta. Ia memberi imbalan. China bersedia membeli aneka jenis produk pertanian dari AS.
Tapi China juga menaikkan tarif impor mineral "tanah jarang" dari China. Tanah jarang adalah mineral untuk pembuatan chip baterei mobil listrik. Juga untuk peralatan militer.
Cadangan "tanah jarang" melimpah di China. Nomer satu di dunia. Busyet.....!!!.
Trump gelagapan. Ini diplomasi politik tingkat Dewa. Saling berbalas "senjata" ampuh yang dimilikinya.
Bagaimana kelanjutan perang ekonomi kedua negara adidaya? Diperkirakan akan masih terus berlangsung. Di antara kesibukannya berurusan dengan negara-negara soal ekonomi dan perang.
Trump tak sepi dari berita kontroversial. Ya, tentang "love affair".
Tahun 2006 dia diberitakan terlibat perselingkuhan dengan Stormy Daniel (Stephany Clifford). Padahal, ia baru setahun menikah dengan Melania.
Kemudian ia ramai dikabarkan menjalin hubungan asmara dengan Karen McDougel. Keduanya dikabarkan terseleseikan dengan dollar.
Toh hal itu tak menggoyahkan kepercayaan masyarakat AS pada triliyuner yang berlatar belakang pebisnis ini. Ia mulus, terpilih sebagai presiden. Bayangkan, jika itu terjadi di Indonesia (*)
Penulis: Subakti Sidik, Wartawan Senior PWI|Editor: Arifin BH





.jpg)
