12 December 2025

Get In Touch

Viral di Medsos: Benarkah Betis 'Jantung Kedua' Manusia?

Viral di Medsos: Benarkah Betis 'Jantung Kedua' Manusia?

SURABAYA ( LENTERA ) - Sebuah unggahan yang membahas soal 'jantung kedua' di betis viral di media sosial Instagram. Pemilik akun @doktervito yang mengunggah konten tersebut menjelaskan keberadaan 'jantung kedua' ini masih banyak belum diketahui orang.

Pemilik akun tersebut, dr Vito A Damay, SpJP, menjelaskan darah yang ada di kaki lebih sulit untuk kembali ke jantung akibat adanya gravitasi. Otot betis di sini bertugas membantu memompa balik darah ke jantung, agar proses sirkulasi berjalan lancar.

"Banyak orang nggak tahu kita punya jantung kedua. Jantung itu kan memompa darah ke seluruh tubuh, tapi dari kaki itu naik ke jantung itu susah, karena ada gravitasi. Jadi kita punya jantung kedua itu di betis. Nah, betis itu harus dilatih. Jalan kaki dan jalan cepat itu cara melatihnya," kata dr Vito dikutip dalam unggahannya.

dr Vito menjelaskan otot betis dijuluki 'jantung kedua' karena fungsinya membantu mendorong darah dari pembuluh darah kaki ke arah jantung. Otot betis yang terlibat adalah gastrocnemius dan soleus, keduanya mengapit pembuluh darah vena dalam.

Ketika seseorang berjalan, berdiri, atau mengangkat tumit, otot ini berkontraksi dan menekan vena. Akhirnya darah yang ada terdorong naik ke atas.

"Di vena terdapat katup satu arah yang membuat darah tidak jatuh kembali ke bawah. Proses 'pompa mekanis' ini membuat aliran balik vena ke jantung," jelas dr Vito.

dr Vito menambahkan sistem 'jantung kedua' ini hanya bekerja ketika seseorang berjalan, berdiri, atau ada kontraksi otot aktif. Pada saat istirahat atau berbaring, otot betis tidak bekerja aktif.

Tanpa ada aktivitas otot betis, adanya efek gravitasi membuat pompa darah ke jantung menjadi lebih susah.

"Saat terlalu lama duduk atau berdiri diam, pompa ini (betis) tidak aktif, sehingga darah berkumpul di kaki membuat tekanan darah vena kaki meningkat," ungkap dr Vito menambahkan apa yang pada sistem 'jantung kedua' saat terlalu lama berdiri atau duduk.

Dampak Kurang Bergerak

Bekerja 8-9 jam yang mayoritas dilakukan dengan duduk di depan screen, membuat banyak pekerja kantoran berisiko mengalami dampak kesehatan, salah satunya sitting disease yang merujuk pada sekelompok 34 kondisi kesehatan kronis. Biasanya, dampak ini muncul akibat kurangnya aktivitas fisik dan duduk terlalu lama.

Kebiasaan seperti ini ternyata memiliki dampak serius pada kesehatan jantung. Menurut Dr dr Antonia Anna Lukito SpJP(K), FIHA seorang spesialis jantung dan pembuluh darah mengatakan, “Penyakit jantung di usia muda ternyata karena kelamaan duduk. Sekarang screen time-nya banyak, jarang beranjak dari tempat duduknya. Untuk anak muda, perhatikan sitting disease," jelas dr Antonia seperti dikutip dari laman health.detik.com.

Namun,  berdiri terlalu lama pun ternyata tidak lebih baik. Gerakan standing desk yang populer beberapa tahun terakhir justru meningkatkan kasus varises dan pembekuan darah, karena orang hanya berdiri tanpa bergerak. Seperti kata Dr. Sharonne Hayes, ahli jantung dari Mayo Clinic, “Berdiri lama dalam beberapa hal bisa lebih buruk dibanding duduk lama untuk kesehatan pembuluh darah.”

Jadi, kuncinya bukan sekadar duduk atau berdiri, melainkan aktif menggerakkan tubuh(wid,ist,dtc/dya)
 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.