OPINI (Lentera) Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, segera dipecat. Pemberhentiannya diputuskan dalam rapat harian Syuriyah PBNU. Karena menghadirkan Peter Berkowitz pada acara NU, dianggap sebagai kesalahan besar. Karena Peter Berkowitz, terdeteksi terkait jaringan Zionis Internasional. Sekaligus terdapat jejak digital pro-genosida Israel yang dilakukan terhadap bangsa Palestina. Dianggap kesalahan sangat fatal, karena menerabas Qonun Asasi (prinsip dasar ajaran kehidupan) yang sangat menjunjung tinggi kemuliaan martabat manusia.
Yang terbaru Rais Aam PBNU, mencabut tandatangan pada Surat Keputusan Tentang Penetapan Penasihat Khusus Ketua Umum PBNU untuk Urusan Internasional. Artinya, mencabut dukung, dan membatalkan SK. Bahkan telah diterbitkan Surat Pemberhentian Penasihat Khusus urusan Internasional. Ternyata, diduga kuat, Penasihat Khusus Internasional, Charles Holland, juga teraffiliasi Zionis Yahudi. Semakin nampak “benang merah” dengan Peter Berkowitz, (akademisi berkebangsaan Amerika Serikat) yang pro-genosida oleh Israel pada acara kaderisasi NU.
Bahkan pada penilaian lain, Yahya Cholil Staquf, dianggap bisa mem-bahayakan eksistensi Badan Hukum Perkumpulan NU. Beberapa kesalahan fatal, dianggap telah memenuhi unsur Pemberhentian fungsionaris. Yakni, berdasar Peraruran Perkumpulan NU Nomor 13 Tahun 2025, khususnya pasal 8 huruf a, untuk ditrerbitkan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH). Karena mencemarkan nama baik NU.
PBNU atas inisiatif Ketua Umum, mengundang Peter Berkowitz dalam forum Akademi Kepemimpinan Nasional (AKN) NU, pada 15–16 Agustus 2025. AKN merupakan jenjang Pelatihan Kepemimpinan tertinggi di NU. Tak berselang lama, kehadiran akademisi pro-Israel memperoleh kecaman luas. Termasuk dari kalangan sivitas UI (Universitas Indonesia). NU turut dikecam. Selain menjadi narasumber di NU, juga disebabkan KH Yahya Cholil Staquf menjadi Ketua Majelis Wali Amanah (MWA) UI periode 2024–2029.
Terdapat “benang merah,” antara KH Yahya Cholil Staquf dengan kehadiran Peter Berkowitz di Indonesia. Bahkan konon, Berkowitz diundang pada forum R-20 yang digagas PBNU. Berkait Presidensi acara G-20, juga diselenggarakan Region-20, di Bali, 2022. Saat itu 464 pemimpin agama-agama diundang ke Bali, menggagas solusi agama sebagai penyelesaian masalah global. Gagasan R-20 sangat baik, bertujuan “dinamika global” dikembalikan pada prinsip agama. Berkowitz menjadi salahsatu pemateri. Konon KH Yahya Staquf mengenal Berkowitz sebagai anggota Komisi HAM.
Kegaduhan berkait Berkowitz pada acara berbuntut panjang. Seketika pula Rais Aam PBNU (KH Miftachul Akhyar) meminta AKN-NU dihentikan, sekaligus dievaluasi. Termasuk kerjasama dengan CSCV (Center for Shared Civilizational Values), dihentikan. Terutama berkait materi dan narasumber. Sehingga AKN-NU yang dihadiri Berkowitz, menjadi yang pertama sekaligus terakhir. Tetapi ke-kecewa-an kalangan Syuriyah PBNU masih berlanjut. Sembari menambah panjang catatan “rapor merah” kepemimpinan Yahya Cholil Staquf.
Lebih sebulan secara diam-diam, kalangan Syuriyah meng-evaluasi kinerja jajaran Tanfidziyah (pelaksana program) yang dibawahkan Yahya Staquf. Tak terkecuali perbedaan pandangan antara ulama Mustasyar (Penasihat, golongan sesepuh yang sangat dihormati), berkait gelar Pahlawan. Ada rapat estafet ulama senior. Berujung pada rapat Harian Syuriyah pada 20 November 2025. Dengan tema Pembahasan Kelembagaan, rapat Syuriyah dihadiri 37 ulama dari 53 orang (hampir 70%), kuorum.
Risalah rapat yang berisi kesimpulan berdasar assesment kalangan ulama, memberi “rapor merah.” Sekaligus telah memenuhi kriteria di-makzul-kan. Tetapi rapat Syuriyah tidak memecat langsung. Melainkan menyerahkan kepada Rais Aam, dan dua Wakil Rais Aam, tiga ulama yang memiliki posisi tertinggi, dan kewenangan sangat besar di PBNU. Juga memiliki hak veto. Ketiga ulama menyimpulkan, bahwa KH Yahya Cholil Staquf, harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU, dalam waktu tiga hari.
Sampai Ahad, 23 November 2025, Yahya Cholil Staquf, belum mengundurkan diri. Karena merasa diberi mandat Muktamar NU ke-34, sampai lima tahun. Namun Keputusan rapat harian Syuriyah, tidak mungkin dibatalkan. Walau terasa sangat pedih. Karena KH Yahya Cholil Staquf, merupakan kader ulama, yang sangat mumpuni. Kental dengan tradisi pesantren. Sanad ke-ilmu-annya bersambung ke Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Keterpilihannya sebagai Ketua Umum Tanfidziyah pada Muktamar NU ke-34, di Lampung, bagai me-menang-kan kerinduan Nahdliyin pada tokoh Gus Dur. Muktamar Lampung, yang digelar di pesantren Darussa’adah, (dan UIN Raden Intan), Lampung Tengah (propinsi Lampung). Disebut-sebut sebagai yang paling riuh. Panas. Sudah berhembus isyu, asal-usul uang yang beredar pada arena muktamar.
Padahal Muktamar memilih tema “Menuju Satu Abad NU: Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia,” menjadi visi dakwah Nahdlatul Ulama (NU) di seluruh dunia. Sesuai Qonun Asasi. Namun terjadi persaingan sengit. Termasuk isyu keterlibatan istana. Ada pula “jasa” Yahya Cholil Staquf, yang cawe-cawe mengembangkan kepengurusan NU tersebar di 137 negara. Kepengurusan di tiap negara “disetarakan” dengan tingkat Cabang (tingkat kabupaten dan kota).
Setelah pengunduran diri Ketum PBNU, Syuriyah akan menarik kembali kalangan Tanfidziyah yang “ngelencer” terlalu jauh. Sampai menjual Jam’iyah (NU) di hadapan rezim (*)
Penulis: Yunus Supanto, Wartawan Senior dan Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kota SurabayaEditor: Arifin BH




.jpg)
