JAKARTA (Lentera) - Setelah melepas Petrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir terus berupaya mencari pelatih baru. Namun, tak sembarang sosok bisa menjadi pelatih karena harus memenuhi sejumlah kreteria.
Erick mengatakan pelatih yang akan dipilih harus mampu membawa skuad Garuda menembus target besar, termasuk Piala Asia 2027 dan Kualifikasi Piala Dunia mendatang. Tak hanya itu, menurutnya pelatih baru harus memiliki visi jangka panjang dan komitmen membangun tim secara berkelanjutan.
“Soal kriteria, kami ada target-target untuk AFC (Piala Asia) 2027, bisa tidak masuk 16 besar? Karena kalau ranking kita di Asia masih 20 besar, ini yang harus dikejar,” ujar Erick dalam konferensi pers, Jumat (24/10/2025).
Erick mengatakan jika target itu tercapai, maka akan membuka peluang lagi untuk lolos ke Piala Dunia. Sehingga karakter pelatih yang dicari bukan hanya soal taktik, tapi juga kemampuan manajerial dan membangun hubungan.
"Tidak ada sosok pelatih yang sempurna. Beberapa unggul dalam manajemen pemain, namun lemah secara taktik, begitu pula sebaliknya. Karena itu, PSSI mencari figur yang bisa bekerja sama dengan tim pendukung, termasuk direktur teknik dan jajaran di Badan Tim Nasional (BTN)," katanya.
Namun, yang penting pelatihnya bisa menjalin komunikasi baik, tidak berjarak dengan program yang dibangun TD (Direktur Teknik) dan BTN. "Ini penting supaya visi sepak bola kita sejalan dari level senior sampai kelompok usia,” tegas Erick.
Ia menyoroti pentingnya sinkronisasi antarjenjang timnas, mulai dari U-17, U-20, hingga U-23. Menurutnya, sistem pembinaan berkelanjutan hanya bisa berjalan jika para pelatih di tiap level memiliki pandangan dan pola permainan yang sama.
“Tidak bisa pelatih U-17 beda konsep dengan U-20 atau U-23. Kalau tidak sinkron, nanti alur pembinaan dan regenerasi pemain terganggu,” ujar Erick dilansir bloombergtechnoz.
PSSI, lanjutnya, kini tengah melakukan proses seleksi secara matang dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk filosofi permainan, rekam jejak, hingga kemampuan adaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia.
“Kami ingin membangun sistem sepak bola yang kuat dan berkesinambungan, bukan hanya bergantung pada satu nama pelatih,” pungkas Erick Thohir. (*)
Editor : Lutfiyu Handi




.jpg)
