14 June 2025

Get In Touch

Mitos dan Fakta Daging Kambing, Benarkah Picu Darah Tinggi?

Ilustrasi daging kambing (alodokter)
Ilustrasi daging kambing (alodokter)

SURABAYA (Lentera) - Daging kambing kerap dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Tapi, benarkah anggapan tersebut? Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu kandungan gizi dalam daging kambing.

Daging kambing kaya akan berbagai nutrisi penting, di antaranya protein tinggi, zat besi, dan vitamin B12. Protein berperan penting dalam pembentukan serta perbaikan jaringan tubuh. Zat besi diperlukan untuk membantu produksi sel darah merah, sementara vitamin B12 mendukung fungsi sistem saraf dan proses metabolisme dalam sel.

Namun, pada saat yang sama, daging kambing juga mengandung lemak jenuh, sehingga orang sering kali menghubungkan konsumsi daging kambing dengan peningkatan tekanan darah. Namun benarkan daging kambing menjadi penyebab darah tinggi? Berikut penjelasan mitos dan fakta seputar daging kambing.

Menyebabkan Darah Tinggi

Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mengonsumsi daging kambing memicu terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi). Keyakinan ini cukup luas dan sering kali membuat orang enggan mengonsumsi daging kambing, terutama bagi mereka yang sudah memiliki masalah dengan tekanan darah.

Faktanya, makan daging kambing tidak menyebabkan hipertensi. Daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan daging merah lainnya seperti daging sapi. Lemak jenuh adalah jenis lemak yang diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang dapat berkontribusi pada risiko penyakit jantung dan hipertensi. Namun, karena kandungan lemak jenuh pada daging kambing rendah, mengonsumsinya tidak secara langsung menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Daging kambing justru diperkaya dengan lemak tak jenuh, yang dapat berguna bagi tubuh. Lemak tak jenuh dikenal baik untuk kesehatan jantung dan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Lemak tak jenuh juga dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), yang berperan dalam menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Faktor yang sering memicu hipertensi setelah mengonsumsi daging kambing adalah kesalahan dalam mengolah daging kambing itu sendiri. Metode pengolahan yang melibatkan banyak minyak, garam, dan bahan-bahan berlemak tinggi lainnya dapat meningkatkan kadar natrium dan lemak jenuh dalam hidangan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tekanan darah.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan cara pengolahan serta bahan-bahan yang digunakan. Memasak daging kambing dengan cara memanggang, merebus, atau mengukus dengan sedikit garam dan minyak dapat membantu mengurangi risiko peningkatan tekanan darah.

Dengan demikian, daging kambing pada dasarnya bukanlah penyebab hipertensi. Yang perlu diperhatikan adalah cara mengolahnya serta bahan tambahan yang digunakan dalam proses memasak. Dengan pengolahan yang tepat, daging kambing bisa menjadi bagian dari pola makan yang sehat tanpa meningkatkan risiko hipertensi.

Tidak Baik untuk Ibu Hamil

Apakah daging kambing tidak baik untuk ibu hamil? Hal ini sering dianggap benar oleh sebagian orang karena sifatnya yang memicu panas. Namun, berdasarkan hasil penelitian ilmiah, mitos ini tidak sepenuhnya benar.

Daging kambing ternyata sangat kaya akan nutrisi yang baik untuk ibu hamil. Dalam daging kambing terdapat zat besi yang tinggi, yang sangat penting untuk membantu pembentukan hemoglobin dan mencegah anemia pada ibu hamil. Selain itu, daging kambing juga mengandung protein, vitamin B kompleks, dan mineral lainnya, seperti seng dan selenium, yang penting bagi perkembangan janin.

Namun, penting untuk tidak mengonsumsi daging kambing secara berlebihan. Penggunaan yang berlebihan bisa meningkatkan suhu tubuh dan meningkatkan risiko keguguran. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengatur jumlah konsumsi daging kambing sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.

Dalam kesimpulannya, daging kambing sebenarnya baik untuk ibu hamil karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Namun, konsumsi dalam jumlah yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Jadi, jangan takut untuk menikmati olahan daging kambing yang lezat selama kehamilan, asalkan dengan porsi yang cukup.

Lebih Bergizi daripada Daging Sapi

Daging kambing memang memiliki beberapa mitos dan fakta seputar kandungan nutrisinya yang sering kali dianggap lebih bergizi daripada daging sapi. Salah satu fakta yang benar adalah daging kambing memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih banyak daripada daging sapi. Lemak tak jenuh ini memiliki manfaat yang lebih baik bagi kesehatan tubuh kita daripada lemak jenuh.

Selain itu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi. Jumlah lemak jenuh dalam daging kambing hanya sekitar 8,5 kali lebih rendah daripada daging sapi. Lemak jenuh cenderung meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, sehingga mengonsumsi daging kambing yang rendah lemak jenuh dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

Namun, walaupun memiliki beberapa keunggulan dari segi nutrisi, penting untuk diingat bahwa keseimbangan dalam pola makan adalah kunci utama untuk menjaga kesehatan kita. Daging kambing maupun daging sapi, baiknya dikonsumsi dalam jumlah yang tepat sesuai kebutuhan tubuh dan dibarengi dengan konsumsi makanan lain yang juga kaya akan nutrisi.

Jadi, meskipun daging kambing memiliki mitos yang mengatakan bahwa lebih bergizi daripada daging sapi, tetaplah berpegang pada prinsip pola makan seimbang dan jangan hanya mengandalkan pada satu jenis daging saja untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh kita. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.