
SEMARANG (Lenteratoday) - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang resmi menandatangani MoU dengan Tanoto Foundation dan PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting. Nantinya, diharapkan Kota Semarang dapat mencapai target nasional penurunan prevalensi stunting hingga 14% di 2024 mendatang.
Plt Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita), menyampaikan bahwa MoU ini dilaksanakan atas arahan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ia menyampaikan terimakasihnya kepada BKKBN yang telah memilih Kota Semarang menjadi wilayah kerjasama dengan Tanoto Foundation.
"MoU antara Pemerintah Kota Semarang dengan Tanoto Foundation yang mana merupakan kerja sama untuk penurunan angka stunting. Karena dari Tanoto sendiri juga sudah bekerja sama dengan BKKBN Pusat kemudian diturunkan ke Jawa Tengah. Di Jawa Tengah ada 3 yang dijadikan percontohan yaitu Brebes, Semarang, dan Banyumas,” ujarnya setelah menghadiri acara MoU di Hotel Grand Candi, Selasa (15/11/2022).
Kerjasama penanganan stunting di tahun pertama akan difokuskan di Kelurahan Tanjung Mas dan Kelurahan Kemijen. Kemudian, untuk tahun kedua dan ketiga akan diperluas di kelurahan lain.
Pelaksanaan MoU ditargetkan dapat selesai dalam kurun waktu 3 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya kerjasama di bidang kesejahteraan masyarakat lainnya.
"Saya harap kerja sama ini berhenti dalam tiga tahun, karena itu artinya jumlah stunting di Semarang sudah zero. Jadi, bisa digunakan untuk kerja sama kesejahteraan yang lainnya. Selama tiga tahun ini harapannya orang tuanya dapat berkomunikasi, anak-anaknya bisa lulus dan sehat dari stunting. Termasuk nantinya ada rumah singgah untuk anak stunting,” ujarnya.
Disamping itu, Direktur Program Early Childhood Education Development Tanoto Foundation, Eddy Hendry, menyampaikan empat kegiatan utama dalam kerjasama ini. Mulai dari kampanye peningkatan pemahaman tentang stunting, komunikasi strategi perubahan perilaku, pelatihan Tim Pendamping Keluarga, dan menyediakan rumah atau sentra pendampingan.
Lebih lanjut, Eddy menyampaikan bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut didasarkan pada kajian ilmiah penyebab stunting. Kemudian, timnya memberikan bantuan yang diharapkan dapat menjadi solusi penanganan stunting di Kota Semarang.
“Ada tiga faktor penyebab stunting yaitu pola makan, pola asuh, dan pola sanitasi. Tiga hal ini kita lakukan bantuan akan sangat berdampak pada penanganan stunting secara signifikan," katanya. (*)
Reporter : Azifa Azzahra | Editor : Lutfiyu Handi