08 April 2025

Get In Touch

Evaluasi TGIPF : Ke Depan, Petugas Keamanan Tidak di Dalam Stadion

Ke depan kemungkinan petugas keamanan tidak lagi ditempatkan di dalam stadion.
Ke depan kemungkinan petugas keamanan tidak lagi ditempatkan di dalam stadion.

JAKARTA (Lenteratoday) - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menemukan sejumlah penyimpangan pada Tragedi Kanjuruhan. Untuk itu, ke depan kemungkinan tidak lagi menempatkan petugas keamanan di dalam stadion.

Seiring dengan berbagai penemuan penyimpangan tersebut, TGIPF juga sedang merumuskan beberapa rekomendasi yang nantinya disampaikan, termasuk kepada FIFA. Di antara beberapa penyimpangan tersebut yaitu keganjilan sistem penjualan tiket. Dari hasil penyelidikan ditemukan penjualan tiket secara online tidak berjalan dengan baik.

“Semua fakta kami kumpulkan, kami juga sudah berbicara dengan pemilik klub. Kami di situ melihat ada persoalan management event yang parah, yang cukup menjadi persoalan bertahun-tahun terpelihara,” kata Anggota TGIPF, Rhenald Kasali, dikutip dari okezone, berdasarkan kesimpulan awal tim setelah melakukan pembicaraan dari pemilik klub.

Dia menandaskan bahwa ada pihak-pihak tertentu menggembosi penjualan tiket secara online itu. Pihak tersebut merasa dirugikan dengan adanya tiket online. "Jika pejualan tiket online berhasil dijalankan, maka dipastikan setiap event itu ada data siapa yang melakukan apa, semua big datanya bisa diambil. Ini tidak dijalankan,” kata dia.

Dia juga menandaskan bahwa keberadaan petugas keamanan di dalam lapangan menjadi salah satu point yang dikaji. Sehingga, ke depan, dimungkinkan tidak ada lagi petugas yang berada di dalam lapangan.

“Kami juga sudah mempelajari aturan-aturan FIFA yang selama ini, barangkali ini juga harus menjadi objek perubahan, yaitu Polisi tidak boleh lagi ada di dalam lapangan. Jadi polisi harus berada di luar,” jelas dia.

Dia juga menegaskan berdasarkan penelitian sementara, kuat dugaan tidak berjalannya koordinasi antara petugas di dalam dan luar. Kondisi itu yang mengakibatkan terjadi peristiwa yang menewaskan ratusan Aremania itu.

“Nah kelihatannya tidak ada koordinasi antara polisi yang ada di dalam dan di luar. Yang di dalam itu menembakkan ke arah Tribun, sedangkan dari Tribun tidak ada pintu keluar yang dibuka,” papar dia.

“Sementara di luar itu ada gerakan bagaimana tim lawan, tim Persebaya itu harus berangkat ke luar. Jadi itu juga kemungkinan ada yang memerintahkan untuk menutup. Itu beberapa bukti yang kita kumpulkan,” lanjut Rhenald.

Terkait penggunaan Gas Air mata, Rhenald menjelaskan, tim melakukan uji laboratorium dan meminta dilakukan autopsi. Tim juga telah mengumpulkan gas air mata yang digunakan dan sudah dibawa ke laboratorium.

"Kami minta untuk diotopsi, akan diperiksa di laboratorium mengenai racun yang masih ada di gas air mata itu. Jadi itu lah sementara, dan kami akan menggelar rapat pleno dalam waktu dekat. Semua fakta kami kumpulkan,” beber dia. (*)

Sumber : Okezone | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.