
BATU (Lenteratoday) – Mengacu pada informasi yang diberikan oleh BMKG kota Batu bahwa awal musim hujan jatuh pada dasarian ke II bulan September 2022 dan puncaknya terjadi pada Desember hingga awal Februari 2023, BPBD Kota Batu menyusun 3 program mitigasi bencana. Yaitu dengan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas, melakukan penyusunan dokumen rencana, dan pemasangan rambu-rambu kebencanaan.
“Jadi kalau sifatnya peningkatan kapasitas, kami melakukan pelatihan dan sosialisasi, baik kepada tokoh masyarakat maupun ke masyarakatnya secara langsung. Itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat supaya paham dan tahu tanda-tanda ancaman bencana itu seperti apa. Nantinya mereka akan diberikan informasi dan ilmu tentang hal tersebut” papar Gatot Nugroho, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD kota Batu, ditemui di ruang kerjanya, Kamis (29/9/2022).
Terkait program pemasangan rambu-rambu bencana. Gatot menyebutkan bahwa akan ada 2 tata cara pemasangan yakni indoor dan outdoor. Rambu-rambu tersebut juga akan dipasang pada daerah yang berpotensi besar untuk terjadinya bencana.
“Perlu diketahui bahwa sudah dilakukan pemasangan rambu untuk arah evakuasi di sepanjang jalur Sumber Brantas hingga ke bawah. Fungsinya adalah memberikan petunjuk arah dan kemudahan kepada masyarakat jika terjadi bencana di atas, jalur evakuasinya lewat mana saja. Itupun kita buat baik di indoor maupun di outdoor,” ujarnya.
Untuk pemasangan rambu indoor, Gatot mengatakan pihaknya saat ini sedang giat melakukan pemasangan di sekolah-sekolah. Salah satunya dilakukan pemasangan rambu di SLB Negeri Batu.
“Teman teman disabilitas ini kami rasa juga harus tahu dan paham bagaimana langkah-langkah untuk menyelamatkan diri atau melakukan mitigasi. Caranya adalah dengan memasang rambu-rambu tersebut,” cetusnya.
Sementara, terkait dengan penyusunan dokumen rencana. Gatot menyampaikan pihaknya telah menyusun 2 dokumen dalam tahun 2022. Yakni dokumen kajian resiko bencana (KRB) dan dokumen rencana kontijensi angin kencang di kecamatan Bumiaji.
“Jadi tahun ini saya menyusun 2 dokumen. Yang pertama dokumen kajian resiko bencana, ini skalanya kota. KRB ini agar data ancaman bencananya itu terupdate dan berkelanjutan. Yang kedua yakni dokumen rencana kontijensi angin kencang di Kecamatan Bumiaji, sebab tahun 2019 itu Bumiaji pernah diterjang angin kencang yang merusak rumah warga,” jelas Gatot.
Dilanjutkannya, penyusunan dokumen rencana kontijensi disiapkan agar apabila nanti kembali terjadi bencana angin kencang di Kecamatan Bumiaji, maka warga dan masyarakat sudah mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi situasi tersebut.
“Jadi misalnya di desa Sumber Brantas terjadi pengungsian, kita butuh data masyarakat, baik umur, jumlah, dan KK. Nanti kalau waktu evakuasi, kita tahu butuh kendaraan mobil berapa, ditaruh dimana pengungsinya. Jadi terencana, kalau tahun 2019 itu kan mencar, ada keluarga yang terpisah pengungsiannya,” tandasnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi