20 April 2025

Get In Touch

Koperasi Teruji Jadi ‘Soko Guru’ Ekonomi Rakyat Kala Pandemi

Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Dr. Sri Untari Bisowarno.
Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Dr. Sri Untari Bisowarno.

SURABAYA (Lenteratoday) - Peran koperasi sebagai ‘soko guru’ perekonomian nasional mendapatkan tantangan berat ketika menghadapi pandemi Covid-19. Meski demikian jargon: dari, untuk dan oleh anggota pun terbukti ampuh menjadi penyangga ekonomi keluarga para anggota. Koperasi bisa apa dalam menghadapi corona? “Dengan sinergi yang kuat, kami bisa apa saja secara bersama-sama. Termasuk optimitis mampu melewati pandemi ini,” ujar Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Dr. Sri Untari Bisowarno.

Masa pandemi Covid-19 yang panjang memang melumpuhkan banyak sendi kehidupan, termasuk perekonomian masyarakat.Meski demikian, pelaku koperasi dan UMKM yakin bisa memenangkan ‘peperangan’ ini.

“Di dalam komunitas koperasi wanita, misalnya, secara umum memang omzet menurun. Namun tidak ada yang sampai bangkrut, karena menjalankan prinsip koperasi dengan benar. Sehingga penurunan pendapatan masih bisa dikelola untuk membiayai minimal kebutuhan sehari-hari,” kata Ketua Dekopin, Sri Untari Bisawarno.

Dia memaparklan, pada bulan ke-9 di masa pandemi, pihaknya masih bisa membukukan outstanding baru sebesar Rp 63 miliar. Nilai ini tidak mencapai target yang direncanakan yaitu Rp 73 miliar. “Koperasi sangat terbantu oleh kekuatan anggota untuk meminjam sebagai modal usaha maupun konsumsi. Meski kalau dibanding sebelum ada corona ya menurun,” ujarnya.

Terus menggerakan koperasi di masa pandemi ini diakui Untari tidak mudah. Namun dirinya optimistis koperasi mampu bertahan menghadapi badai pandemi.Untuk itu, regenerasi managemen koperasi diperlukan.

“Kami tengah menyiapkan 5 juta remaja milenial untuk terlibat dalam perkoperasian. Awal ini melalui  film seperti Diplomasi Teko. Selain itu, kami juga bertemu OSIS, Kepala Dinas Pendidikan, Rektor, juga para ibu yang punya anak muda untuk bisa mendorong anaknya berkoperasi,” tutur wanita yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PDIP DPRD Jatim.

Regenerasi ini penting, karena koperasi adalah sistem ekonomi yang kuat menghadapi serangan pandemi. Berdasarkan sensus BPS, dari 277 juta lebih penduduk Indonesia, sebanyak 60 persen adalah remaja milenial. Namun pengangguran terbanyak juga berada di usia 20-24 tahun. Di Jatim sendiri, pengangguran dari SMK sebesar 11 persen lebih.

“Pandemi mengajarkan kita bahwa berkoperasi tidak lagi bisa manual, harus digitalisasi, apapun bisa dijual dengan cara digital, maka semua koperasi, ayo go to digital!” ucap Untari penuh semangat.

Terkait infrastruktur, dikatakan Untari sudah siap. Kendalanya sebagian besar karena anggota ataupun masyarakat belum ‘melek’ digital semua. “Namun tantangannya adalah masyarakat belum semua pegang android, belum pula bankable. Inilah yang terus digalakkan oleh Untari, agar masyarakat, khususnya insan koperasi untuk aware digitalisasi,” tuturnya.

Upaya keluar dari masa krisis ekonomi akibat pandemi ini telah banyak dilakukan pemerintah. Namun dalam pandangan Sekretaris PDI Perjuangan Jatim ini masih belum optimal. Ia menilai, pemerintah Provinsi Jatim masih belum mampu menjalin sinergi yang optimal dengan 38 kabupaten/kota. “Seharusnya dengan sinegi yang baik itu, Pemprov Jatim dapat menjaga inflasi, memperluas efek ekonomi yang positif, sekaligus menahan laju kemiskinan,” tuturnya.

“Pemprov harusnya langsung berkoordinasi dengan Pemda, berapa jumlah warga terdampak, langkah apa yang  sudah dilakukan.Sebab ada refocusing sebesar Rp 2 triliun lebih. Refocusing salah satunya untuk menjaga kesehatan masyarakat,” tegas Untari.

Terkait perbedaan data di kabupaten/kota dengan pihak provinsi, Untari menanggapi perlunya koordinasi dari lembaga atau instansi yang memegang data tersebut. “Kami mendorong pusat data dan informasi, kalau sudah menggunakan e-KTP, data kependudukan Jatim bisa dikoordinasikan dengan daerah maupun BPS. Ayo, duduk bersama dan bangun sinergi yang integrated, mulai KPU, Kependudukan, BPS, Kominfo, untuk melakukan cross cek, bikin aplikasi sampai tingkat RT. Dengan IT, itu tidak sulit, yang sulit itu egosentris di masing - masing posisi, tidak ada keinginan bersama demi kepentingan bersama, dan jadi kebutuhan bersama,” tukasnya.

PDIP Jatim pun turun langsung membantu dengan kekutan penuh dalam mengatasi pandemi.“Tahun 2020, kantor PDIP Jatim sempat menjadi pabrik masker. Para penjahit direkrut untuk memproduksi 2 juta masker dan gentong air cuci tangan. Kami juga turun membagikan jamu, telur, sembako, setiap hari dilakukan langsung ke masyarakat yang membutuhkan,” paparnya.(*)

Repoter: Maria Endang/Rahmad Suryadi/Ardini

Editor: Widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.