Kopilaborasi Diskominfo Jatim: Dongkrak Pemasaran Produk Pesantren, Wujudkan Negara Berswasembada

TUBAN (Lenteratoday)- Selain menopang perekonomian Jatim, Program One Pesantren One Product (OPOP) juga berpotensi mendorong Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju berswasembada. OPOP pun harus terus meningkatkan produktivitasnya, sehingga mampu menyediakan seluruh kebutuhan dalam negeri tanpa perlu banyak melakukan impor.
Untuk itu, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur terus melakukan berbagai pendampingan terkait pengembangan OPOP. Salah satunya melalui dialog bertajuk Kopilaborasi Sambang Pesantren. Terbaru, dialog digelar di Pondok Pesantren Langitan Tuban dengan tema ‘Strategi Pemasaran Produk Pesantren’ dan diarkan langsung oleh 500 channel youtube.
"Acara ini direlay oleh 500 channel youtube yang tergabung di Asosiasi Youtuber Santri Indonesia (AYSI). Sehingga tak hanya yang hadir di sini, tapi sejak dilaunching oleh Ibu Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa berbagai kegiatan OPOP termasuk Kopilaborasi bisa diikuti oleh semua santri di Jatim, bahkan Indonesia. Ini juga menunjukkan, potensi Youtuber santri Indonesia semakin banyak," ujar Sekretaris One Pesantren One Produk (OPOP) Jatim, Mohammad Ghofirin saat memberi sambutan, Selasa (29/6/2021).
Selaku Sekretaris OPOP Jatim, dia mendambakan produk-produk santri tidak hanya menggerakkan perekonomian pesantren dan sekitarnya. Namun juga mampu membangkitkan perekonomian Jatim secara umum. Dikatakannya, OPOP Jatim ditopang oleh tiga pilar, yakni santripreneur (santri), pesantrenpreneur (ponpes) dan sosiopreneur (alumni ponpes).
“Dari ketiga pilar ini kita berdayakan. Nah dampaknya kita harap akan meluas ke masyarakat.Ketiganya satu kesatuan ekosistem bisnis pesantren. Sehingga ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jatim bangkit dan barakah untuk kita semua," katanya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, Abdul Rahman Faqih, berharap acara dialog Kopilaborasi ini mendapat manfaat yg banyak, dan keberkahan dari Allah Swt."Kami mewakili dari para masayikh Pondok Langitan, berterimakasih kepada semua pihak yg ikut serta mendukung terlaksananya kegiatan ini, terutama Ibu Gubernur Khofifah yang begitu banyak memperhatikan dan memajukan ekonomi pondok pesantren" tuturnya.
Dikatakannya, berbicara mengenai pondok pesantren dan santri, maka bayangan setiap orang akan tertuju terhadap hal agama dan kehidupan akhirat. Hal itu memang benar adanya, namun bukan berarti urusan dunia tidak begitu diperhatikan. "Kami menekankan pada para santri-santri pengusaha, untuk membentuk mindset keberkahan. Profit dari usaha santri harus dilandasi dengan keberkahan atau kebaikan-kebaikan. Artinya, dalam berbisnis, seorang santri bukanlah menghitung berapa omzet yang didapatkan, namun untuk apa omzet yang telah kita dapatkan," katanya.
Kepala Bidang Informasi Publik, Dinas Kominfo Provinsi, Edi Supaji, mewakili Kepala Diskominfo Jatim, mengatakan, untuk memeprkuat keberadaan produk santri melalui OPOP Jatim, berbagai upaya dan terobosan dilakukan oleh Diskominfo Jatim. Antara lain dengan mengadakan pelatihan, workshop dan talkshow. Salah satunya talkshow Kopilaborasi seperti yang digelar di Pesantren Langitan tersebut.
Tujuannya antara lain, membantu meningkatkan wirausaha santri untuk memiliki keterampilan yang memadai. Baik itu kemampuan manajeman, kemampuan koordinasi berbagai kegiatan bisnis, maupun konsep bisnis yang mencukupi.
"Melalui dialog Kopilaborasi ini diharapkan wirausaha santri mampu meningkatkan keunggulan dan daya saing yang belum maksimal. Dengan begitu membuat wirausaha santri mampu meraih keunggulan serta daya saing yang berkelanjutan," katanya.

Sedangkan menurut salah satu narasumber yaitu Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia(Apvokasi) Jatim, Dr.Ir Jamhadi MBA kunci dari pemasaran adalah produk itu sendiri.“Kuncinya ya dari produk itu sendiri, karena produk itu dikatakan berhasil ketika konsumen membeli lagi dan merekomendasikan produk itu kepada temannya,” ujarnya.
Memasarkan produk memang tidak mudah. Dikatakan Jamhadi, melalui OPOP ini nantinya terjalin kolaborasi antar pesantren agar tercipta satu merek guna menekan cost produksi.
“Akan diusahakan untuk membuat satu merek, misalnya satu merek dari kolaborasi sepuluh ponpes. Hal ini tujuannya agar supply-nya cepat untuk dipasarkan ke khalayak banyak dan menekan ongkos produksi,”terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa tahun 2017 lalu pernah ditemui produk lokal pesantren dari Lamongan dan Tuban di Moskow yang sudah berhasil masuk ke pasar internasional. Dengan demikian perlu memperkuat empat hal guna mencapai pemasaran yang lebih luas lagi, yakni quantity, quality, product, dan price.“Keempatnya merupakan hal yang perlu diperhtiungkan ketika ingin memasarkan produk,” katanya.
Jamhadi juga menyampaikan pesan kepada para santri agar membalik keadaan,yang semula biasanya santri menjadi konsumen produk asing, namun bisa diubah dengan menjadikan orang asing sebagai konsumen produk santri.(adv)