MALANG (Lenteratoday) – Malang terkenal sebagai Kota tinggi toleransi. Pluralisme di Kota Malang terlihat dari kerukunan antar umat beragama, ini terlihat pada perayaan 2 hari besar bagi umat Muslim dan umat Kristiani kamis lalu.
Hari Raya Idul Fitri yang bertepatan dengan peringatan Kenaikan Isa Al-Masih, bisa berjalan beriringan. Bahkan, pada pelaksanaan ibadah Salat Ied kemarin, beberapa jamaah melaksanakan salat di depan halaman Gereja Immanuel Malang.
Menanggapi hal tersebut Sekertaris Jenderal Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB), Pdt. David Tobing menjelaskan, ini adalah momen bersejarah yang mencerminkan tingginya toleransi di Kota Malang. “Ini merupakan momen bersejarah bagi umat beragama, dan ini merupakan cerminan bahwa pluralisme di Kota Malang sudah berjalan,” kata David pada Lentera.
Meski banyak wacana radikalisme yang tengah beredar, David percaya bahwa dengan menjalin komuikasi dengan baik, dan terus mengkampanyekan kebersamaan lintas iman, toleransi masih bisa diraih.
“Tantangan kedepan sangat besar, untuk perpecahan itu sangat besar, radikalisme dan lain sebagaiya sangat tinggi sekali,” ujarnya. “Namun kita sebagai tokoh agama jangan lengah dan kendor untuk menjalin komunikasi, dan mewujudkan Malang sebagai kota toleransi,” lengkapnya.
Belajar dari tauladan Yesus Kristus, David berpendapat ajaran Yesus untuk melayani dan mengasihi harus diteruskan. “Dengan momen kenaikan Tuhan Yesus, momentum inilah yang digunakan untuk menghayati ajaran Yesus,” jelas David.
“Tuhan Yesus mampu Mengasihi dan hidup berdampingan dengan baik. Ketika Yesus sudah naik ke surga, tugas kitalah sebagai anak-anak Tuhan untuk mneruskan tongkat estafet itu,” lanjutnya.
Hidup berdampingan dengan menghormati pilihan juga kepercayaan orang lain menjadi salah satu modal awal untuk mencapai toleransi. Dengan begitu, tidak akan ada perpecahan dan gesekan antar umat beragama. (ree)
.jpg)
.jpg)
