20 April 2025

Get In Touch

Slow Living : Seni Menikmati Hidup yang Lambat saat Semua Serba Cepat

Di saat zaman bergerak semakin cepat, slow living justru menerapkan hidup yang lebih lambat (foto : istimewa)
Di saat zaman bergerak semakin cepat, slow living justru menerapkan hidup yang lebih lambat (foto : istimewa)

SURABAYA (Lenteratoday) - Di tengah berbagai macam tuntutan dalam hidup yang datang silih berganti dan serba cepat, justru mengemuka istilah slow living. Apa itu slow living? Apakah artinya hidup yang santai?

Slow living bisa diartikan ‘hidup yang melambat’. Di zaman serba cepat ini, slow living justru jadi tren baru di kalangan kaum urban yang mulai merasa lelah dengan aktivitas kesehariannya. Lelah dengan tuntutan untuk bergerak gesit dan tanggap.

Bahkan kadang kesibukan yang bertubu tubu membuat kita mengorbankan kesehatan fisik, mental, bahkan mengorbankan kehidupan berketuhanan dan kehidupan sosial. Gerak cepat terus, apa gak capek? Capek dong! Padahal bisa aja, bergerak cepat justru membuat kita melewatkan banyak hal yang mestinya bisa lebih dinikmati dengan sederhana. Nah, dari sinilah konsep slow living ini muncul.

Penganut slow living memang terlihat santuy banget menjalani hidupnya, tapi justru slow living ini mengajarkan kita melakukan sesuatu seperlunya, sewajarnya dan sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Kalau biasanya kecepatan adalah tuntutan yang kadang membuat kita tergesa-gesa, maka slow living hadir sebagai lawan dari segala yang tergesa-gesa. Seperti dinukil dari Greeners, Ukke Kokasih seorang praktisi slow living di Indonesia, menjelaskan bahwa gaya hidup yang ia jalani justru mengajarkannya untuk bisa memberi arti pada setiap proses.

“Slow living sebetulnya suatu perlawanan terhadap nation bahwa yang cepat itu yang terbaik. Jadi kita justru melakukan perlawanan terhadap gagasan faster is better dan mempertanyakan itu. Bagaimana kita mencoba memberi arti dan penuh kesadaran terhadap proses,” tutur Ukke.

Nah, kalau slow living menentang proses yang serba cepat, bagaimana cara mereka bertahan hidup? Sebenarnya, slow living adalah proses menikmati hidup supaya lebih tenang dan lebih bisa memaknai kehidupan, bukan sebagai tujuan hidup, ya.
Prinsip – prinsip slow living begini:

  1. Selalu menikmati kegiatan. Memberi perhatian lebih pada apa yang kita lakukan, nggak perlu tergesa-gesa, jadi lebih bisa memberikan makna pada hal-hal kecil.
  2. Memahami prioritas. Lakukan hal-hal yang perlu dilakukan saja, jadi bisa menikmati waktu dengan lebih bermanfaat
  3. Menyadari kebutuhan alam yang berkelanjutan. Slow living mengajarkan bahwa kita menikmati hasil alam, jadi kita harus merawat alam.
  4. Lakukan satu hal pada satu waktu. Fokus pada satu kegiatan membuat kita bisa melakukan yang terbaik
  5. Mengutamakan ketenangan. Nggak gampang kena triger yang menimbulkan perasaan khawatir dan gelisah
  6. Memiliki komitmen yang kuat. Slow living mengajarkan kita fokus pada apa yang ingin kita capai.

Meski memilih hidup yang lebih lambat, bukan berarti slow living nggak punya target pencapaian untuk diraih. Justru semakin kita melambat, semakin menikmati, dan semakin bisa fokus, maka komitmen kita pada pencapaian jadi semakin kuat. Nggak ada waktu untuk bermalas-malasan, karena hal ini bukan prioritas dalam gaya hidup slow living.

Gimana? Tertarik untuk mencobanya?

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.