
Demi mengantisipasi bahaya tanah longsor yang mengancam nyawa dan pemukiman penduduk Nganjuk, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk memasang alat Early Warning System (EWS) di beberapa titik lokasi rawan tanah longsor. Alat tersebut akan memberikan tanda peringatan dini akan terjadinya bencana longsor kepada warga sehingga warga dapat menyelamatkan diri ke tempat aman.
Kabid Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Nganjuk, Nugroho mengatakan, alat EWS berfungsi sebagai pendeteksi gerakan tanah. Jika ada pergerakan tanah maka alarm EWS akan berbunyi. Dengan demikian masyarakat dapat langsung bergerak cepat menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.
"Kinerja dari alat EWS sendiri yakni apabila kawat seling meregang karena tanah bergerak maka sirine akan berbunyi sebagai tanda bahaya tanah longsor, dan warga harus segera menyelamatkan diri," terang Nugroho, Rabu (3/3/2021).
Alat ini telah terpasang di sejumlah titik rawan longsor, seperti di pemukiman warga wilayah lereng pegunungan. Adanya retakan tanah menjadi tanda awal yang harus dipantau dan diwaspadai. Apalagi, beberapa hari terakhir telah terjadi retakan tanah di beberapa lokasi di Kabupaten Nganjuk.
"Seperti terjadinya retakan tanah di Dusun Petungulung Desa Margopatut Kecamatan Sawahan. Di sana kami sudah pasang peralatan EWS. Selanjutnya di Desa Kepel Dusun Dolopo bekas longsor tahun 2017 lalu juga telah dipasang peralatan EWS," ucap Nugroho.
Namun, ungkap Nugroho, terjadinya retahan tanah di Dusun Sembung Desa Margopatut Kecamatan Sawahan belum ada peralatan EWS.
Demikian juga di Desa Sawahan Kecamatan Sawahan yang saat ini terjadi retakan juga belum terpasang EWS.
Namun belum semua titik rawan longsor telah terpasang alat tersebut. Bagi lokasi yang belum terpasang EWS, menurut Nugroho, BPBD telah mengimbau warga jika terjadi hujan lebat supaya waspada dan sigap. Caranya dengan pergi ke tempat yang lebih aman, seperti misalnya ke rumah kerabat.
Untuk langkah-langkah kesiapsiagaan bencana lainnya, tambah Nugroho, BPBD Kabupaten Nganjuk telah melakukan sosialisasi, edukasi dan mitigasi dalam menghadapi musibah bencana alam banjir dan tanah longsor.
"Langkah itu telah diwujudkan dengan membentuk desa tangguh atau tim relawan desa tangguh tanggap bencana. Mereka sudah mengetahui langkah apa yang harus dilakukan baik sebelum terjadi bencana dan sesudah terjadi bencana.
Mereka sudah kita bekali tentang kebencanaan, dari mengenali potensi ancaman bencana, memitigasi diri dan membuat rencana evakuasi,” ucap Nugroho.
Nugroho juga mengimbau agar masyarakat aktif melihat perkembangan informasi terkini prakiraan cuaca dari BMKG Juanda Surabaya. Dengan tujuan untuk mengetahui wilayah mana yang akan turun hujan.
“Masyarakat dapat mengakses dan melihat informasi terkini update prakiraan cuaca BMKG melalui portal resmi BMKG Juanda Surabaya, maupun dari sosial media.
Dan menginformasikan melalui jaringan yang sudah terbentuk melalui grup Whatsapp atau lainnya," tutur Nugroho.(ist)