
MADIUN (Lenteratoday) - Meski pasokan daging di Kota Madiun masih mencukupi, namun Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) Kota Madiun dukung keputusan Kementerian Pertanian (Kemetan) yang akan impor daging sapi.
Pasalnya, impor tersebut guna memenuhi permintaan pasar di Indonesia. Hal itu seiring dengan kemungkinan kebutuhan daging sapi akan mengalmi peningkatan di awal bulan puasa mendatang.
Lebih lanjut, Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP, Margaretha Dian menjelaskan bahwa keputusan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi melonjaknya harga daging sapi apabila terjadi kelangkaan. Selain itu, daging sapi impor juga cenderung lebih murah dibandingkan daging sapi lokal.
"Kalau impor biasanya harga dagingnya lebih murah. Tapi ya kelemahannya harus pakai es, pakai freezer. Kalau gak gitu cepat busuk," jelas Margaret, Selasa (16/02/2021).
Selain lebih cepat busuk, daging impor juga cenderung sulit dijual di pasar tradisional. Karena tidak tersedianya freezer khusus frozen food. Apabila impor daging sapi dilakukan, maka pemasaran akan melalui supermarket atau swalayan.
"Kalau dijual pasar tradisional itu menyalahi aturan. Kalau dijual di pasar modern bisa karena ada frezzer," imbuhnya.
Saat ini, tercatat ada 140 peternak yang menjadi pemasok di wilayah Kota Madiun. Dengan rata-rata setiap bulan memproduksi 3.908,2 Ton daging sapi. Sehingga harga daging sapi di Kota Madiun masih stabil. Adapun untuk pasokan daging sapi diambil dari Ponorogo dan Kabupaten Madiun.
"Harganya masih stabil, Rp. 110 ribu per kilogram. Kalau pasokan dari luar kota masih ada. Kita menggantungkan dari luar kota. Karena jumlah pemotongan di RPH (rumah potong hewan) menurun," ujarnya.
Margareth yakin bahwa stock daging sapi masih memenuhi angka permintaan di Kota Madiun. "Rata-rata yang dibutuhkan per hari masih mencukupi. Karena pasokan rata-rata 500 kg sampai 1 ton setiap hari. Sedangkan angka kebutuhannya menurun semenjak pandemi," pungkasnya. (Ger)