20 April 2025

Get In Touch

Gethuk Mbah Taminah di Kota Madiun Menggoyang Lidah

Penjual Gethuk, Taminah(63) menunjukkan gethuk buatannya. (Foto:Ger)
Penjual Gethuk, Taminah(63) menunjukkan gethuk buatannya. (Foto:Ger)

MADIUN (Lenteratoday) - Tentu anda familiar dengan lagu gethuk asale soko telo. Nah keberadaan jajanan ini semakin langka saja, termasuk di Kota Madiun. Namun, jika Anda rindu menikmati manis legitnya makanan tersebut, Anda masih bisa menikmatinya di Ruko Bok Malang, Jalan Pilang Muda, Pilangbango, Kota Madiun.

Gethuk bikinan Mbah Taminah (63) ini masih tetap mempertahankan citarasa tradisional, bahkan dia juga mempertahankan keunikan gethuk kota Madiun dengan berbagai varian lainnya. Betapa tidak, gethuk sebenarnya adalah salah satu jenis makananan dari ketela. Namun, di tangan Mbah Taminah, olahannya bisa menjadi berbagai macam.

Ya, varian gethuk Mbah Taminah terdiri dari gethuk yang cenderung berwarna coklat. Kemudian, semakin lengkap lagi dengan adanya gatot yang berwarna hitam dan punya tekstur serta rasa tersendiri. Ditambah lagi puli yang berbentuk kotak dan berwarna hijau. Makin komplit lagi dengan adanya cenil, tiwul serta yang khas adalah gura aren.

Dengan varian tersebut, rasanya semakin menggoyang lidah, ada manis dan gurih. Belum lagi ditambah dengan parutan kelapa dan siraman gula aren yang aduhai manisnya. Sehingga, makanan khas Magelang tersebut wajib Anda coba.

Mbah Taminah sudah berjualan gethuk sejak 9 tahun yang lalu. Awalnya, dia berjualan berkeliling kampung. Namun, semenjak pandemi Covid-19, dia memilih berjualan di tempat karena dampak dari penutupan jalan dengan portal sehingga dia memilih untuk berhenti berjualan keliling.

Taminah biasa menjajakan makanannya mulai pukul 05.00 WIB sampai habis dagangannya. Umumnya, pukul 09.00 WIB dagangannya sudah laku terjual.

"Sien ider mawon, teng mriki nembe 5 sasi. Sien ider sampe Klegen, Sleko, pokoke teng pundi-pundi. (Dulu jual keliling, di sini baru 5 bulan. Dulu keliling sampai Klegen, Sleko, kemana-mana)," jelas Mbah Taminah, Jumat (05/02/2021).

Wanita yang memiliki 5 anak tersebut mengaku penjualannya menurun drastis semenjak pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, dia mampu menjual 15 Kg setiap hari. Namun saat ini menjual 5 Kg saja diakuinya cukup susah.

"Gethuk niki namung 3 ewu. Mangke umpami wonten ingkang 10 ewu dados gangsal nggih kula ladeni. Mboten patokan, sak angsale le tumbas. (Gethuk ini saya jual hanya Rp 3 ribu per porsi. Kalau ada yang minta Rp 10 ribu jadi 5 porsi juga tetap saya layani. Tidak ada patokan, terserah yang beli)," ujarnya.

Dalam sehari, dulu dia mampu mengantongi Rp. 230 ribu namun sekarang hanya mampu Rp. 90 ribu.

"Kula mboten berharap nopo-nopo teng Pemerintah. Diparingi syukur, mboten diparingi nggih mpun. Lintune diparingi PKH (Program Keluarga Harapan), kula mboten nggih kula tampi mawon. (Saya gak minta apa-apa ke Pemerintah. Dikasih terimakasih, tidak dikasih ya sudah. Yang lain dikasih PKH, saya gak dikasih juga tidak apa-apa),"

"Mungkin amargi kula mboten nyekolahne anak. Anak kula mpun omah dewe-dewe, sampun keluarga sedoyo. (Mungkin karena saya sudah tidak menyekolahkan anak. Anak saya sudah punya rumah sendiri-sendiri, sudah berkeluarga semua)," tandasnya. (Ger)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.