13 April 2025

Get In Touch

Konsumen, “Bidadari” Turun dari Kahyangan

Konsumen, “Bidadari” Turun dari Kahyangan

Jika pemegang ponsel itu identik dengan “Bidadari”, maka dia semacam konsumen yang sedang turun dari Kahyangan. Anda sudah bisa menangkap pesannya.

Peran telepon seluler makin strategis. Terlebih sebagai sarana pemasaran. Pengguna ponsel di Indonesia jumlahnya semakin meningkat. Pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 410 juta orang.

Indonesia berada di peringkat ketiga. Setelah China dan India. Laporan Mobile Marketing Association (MMA), sekitar 97 persen pengguna internet di Indonesia menggunakan ponsel. Mereka terhubung ke dalam satu jaringan.

Perputaran ung dalam e-dagang Indonesia mencapai 7,1 miliaar dollar. Setaara Rp 994 triliun rupiah –asumsi nilai tukar Rp 14.000 per dollar AS. Dari jumlah itu, 5,3 miliar dollar (Rp 74,2 triliun) diakses lewat aplikasi e-dagang pada ponsel.

Di era digital yang bergerak sangat cepat seperti sekarang, pemanfaatan ponsel sangat sangat vital dan strategis. Hampir semu orang memiliki akses terhadap ponsel. Lebih dinamis dan fleksibel disbandingkan komputer.

Orang Indonesia yang mengakses internet lewat ponsel menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan rata-rata pengguna internet global. Pengguna ponsel usia 16-22 tahun menghabiskan waktu 5 jam 4 menit dalam sehari. Lebih lama dibandingkan rata-rata global yang 4 jam 10 menit.

Konsumen atau “Sang Bidadari” benar-benar melakukan revolusi. Dan itulah mengapa masa depan bukan lagi soal menggunakan metode lebih canggih atau di bawah rata-rata.

Masa depan adalah soal kembali kepada hal-hal yang fundamental. Merancang produk yang diinginkan oleh banyak orang –yang dengan sukarela mendukungnya karena sejak awal mereka adalah bagian dari proses pendirian.

Di sinilah Anda harus menciptakan dan memiliki jenis usaha -atau brand (merek) yang sangat khusus. Sesuatu yang dinamakan tactile, yaitu sesuatu yang dapat disentuh.

Merek yang dapat disentuh bukanlah soal menyentuh atau merasakan hal-hal dengan rasa. Tetapi menyentuh dan merasakan dengan memahami cara menjangkau “Sang Bidadari.” Misalnya menjalin hubungan, menggali budaya, atau paling gampang dimengerti: dapat menemui kapan saja diperlukan.

Itulah mengapa konsumen membuat suasana -yang bisa disentuh tafi, begitu mudah dilihat. Konsumen melihat dunia di sekitar kita sedang bergeser. Sedang beralih. Dengan cara yang menarik, terukur, dan emosional.

Tren masa depan tidak dapat dan tidak boleh diukur secara rasional atau kuantitattif seperti yang kita lihat sebelumnya. Tetapi juga harus juga melibatkan konsumen: emosional, intuitif, empatis.

Maka sebuah merek atau produk menjadi serangkaian teknik. Yang menggabungkan teknologi dengan proses studi lapangan yang lebih akrab.

Ini lah yang dinamakan merek yang dapat disentuh. Melibatkan diri dengan kehidupan konsumen. Bukan sekadar menanyakan tentang hal atau berusaha mengarahkannya.

Ini adalah cara untuk melihat dan mengantisipasi perubahan. Menempatkan konsumen “Sang Bidadari” pada pusat seluruh keputusan dan strategi.

Jika kita membaca masa depan dengan teliti, sebuah merek atau produk ini dapat diperoleh tanpa cacat dan lancer. Karen ajika merek itu memang tumbuh dengar benar, dapat dipastikan bahwa “Sang Bidadari” sudah terpenuhi kebutuhannya.

Salam [ABH]

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.