
Lenteratoday -Pemerintah Jepang tidak akan segera mengumumkan keadaan darurat kesehatan menyusul rekor peningkatan kasus Covid-19 di negara tersebut.
Jepang akan terus memantau tingkat infeksi virus corona dan kapasitas rumah sakit untuk mengatasinya.
"Kami akan menanggapi dengan tepat berdasarkan kondisi," kata juru bicara pemerintah Jepang, Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato, dalam jumpa pers reguler pada Kamis (19/11/2020).
Kasus infeksi virus corona di Jepang mencapai rekor tertinggi harian pada Rabu kemarin, yakni sebanyak 2.201 kasus, seperti dilaporkan NHK.
Media local melaporkan, hampir seperempat dari jumlah kasus tambahan warga terjangkit Covid-19 itu berada di Tokyo, yang akan meningkatkan tingkat kewaspadaan pandemi.
Sesuai laporan itu, Tokyo akhirnya memutuskan untuk menaikkan tingkat kewaspadaannya terkait penyebaran infeksi virus corona ke level tertinggi dari empat tahap kewaspadaan setelah kasus harian Covid-19 naik ke rekor tertinggi baru di ibu kota Jepang itu.
Pengumuman tersebut dibuat pada pertemuan panel virus corona pemerintah Kota Tokyo.
Masyarakat tua
Jepang memiliki masyarakat paling tua di dunia, dengan lebih dari 35 persen populasinya diperkirakan akan berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2050 ---suatu kecenderungan yang menimbulkan risiko bagi pertumbuhan ekonomi serta membebani keuangan pemerintah.
"Saya rasa penyebaran virus corona membuat banyak orang khawatir tentang hamil, melahirkan, dan membesarkan anak," kata Tetsushi Sakamoto, menteri yang bertanggung jawab atas penanganan penurunan angka kelahiran di Jepang, dalam sebuah konferensi pers.
Data resmi yang baru-baru ini diterbitkan menunjukkan jumlah kehamilan yang dilaporkan dalam tiga bulan hingga Juli turun 11,4 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, jumlah pernikahan pada periode yang sama turun 36,9 persen. Penurunan tajam dalam perkawinan merupakan masalah penting karena mayoritas bayi di Jepang lahir dalam ikatan pernikahan.
"Ini sangat serius karena efek negatif bisa terus berlanjut, dengan kemerosotan ekonomi yang menyebabkan lebih sedikit pernikahan, dan kemudian kelahiran yang lebih sedikit," kata Hideo Kumano, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute.
Pandemi telah memperburuk kecenderungan penurunan angka kelahiran yang sudah ada sebelumnya, yang oleh mantan Perdana Menteri Shinzo Abe disebut sebagai "krisis nasional" (Ant).