13 April 2025

Get In Touch

Obituari Dyah Wahyu Winarti (2-habis) : Tak Pernah Redup, Selalu ‘Urup’

Obituari Dyah Wahyu Winarti (2-habis) : Tak Pernah Redup, Selalu ‘Urup’

Urip iku Urup yang berarti ketika hidup kita mampu menjadi cahaya atauterang bagi sesama, cocok menggambarkan sosok Dyah Wahyu Winarti.

Kala sakit, Wiwin pun tak pernah berhenti menyebarkan idedan semangat menjaga serta mensejahteran rakyat Indonesia. Ini tampak dariberbagai postingannya yang sangat mengugah berbagai kalangan di media sosial.Salah satunya tertulis, “Entah apa yang dipikirkan yang jelas adalah kesetiaandi garis rakyat...harapan kesejahteraan akan terus digaungkan demi cita-citarepublik yang seutuhnya... entah kapan dan bagaimana kami selalu mencari jalankeluar dengan sedemikian ilmu pengetahuan,sain atau apapun segalanya. Kamididik tak mengenal tempo... kami selalu setia terhadap proklamasi di mana gaungseluruh rakyat berkumandang dengan kemenangan. Rakyat menang dan kebahagiaanbagi umat manusia adalah cita-cinta sanubari rakyat. Salam merdeka untukIndonesia yang lebih baik. Seni adalah harmoni, menyelaraskan rasa dan karsa.Puisi adalah dendang, bagi perlawanan melalui kata.”

Salah satu tokop PDIP, Firman Jaya Daeli mengatakan Wiwinmerupakan sosok aktifis murni dan sejati sejak mahasiswa. “Saya menyaksikanperjuangan dan pergerakan sejak Wiwin mahasiswa, seorang aktifis beratmahasiswa, terlibat aktif menggerakkan demonstrasi mahasiswa dan aktifissebagai pejuang di garis terdepan terutama 98-an, amat berani dalam semangatkemurnian dan kejernihan. Sering diintetogasi dan dintimidasi aparat sepanjangperjuangan menjatuhkan rezim otoriter soeharto dan struktur politik orba,”katanya.

Wiwin melanjutkan perjuangan tulus dan pengabdian sepenuhnya di PDI Perjuangan. Dia mengaku sering berkomunikasi dan berdiskusi jelang dan saat Pileg.”Wiwin ini aktifis pemberani tetapi senantiasa supel dan sopan dalam pergaulan. Sakitnya berat, kankernya sudah ganas tetapi tak mengeluh saat Pemilu. Saya turut berduka cita mendalam,” katanya.

Wiwin (kanan bawah) semasa menjadi TA DPR RI

Terpisah, mendengar kabar duka tersebut, Ketua DPRD SurabayaAdi Sutarwijono mengaku ikut berduka cita sedalam- dalamnya."Tadi sore,saya mendapatkan kabar duka itu. Teman lama, aktivis perempuan yang berani, danmilitan, telah pergi untuk selamanya. Wiwin telah menghadap Tuhan, SangPencipta-nya. Selamat jalan, Wiwin. Damai kekal menyertaimu,”katanya.

Awi--begitu sapaanya-- mengenal Wiwin sejak lama. "Sayakenal Wiwin ketika gelora demonstrasi mahasiswa tahun 1998, saat kekuatankampus dan rakyat gigih melawan rezim Orde Baru. Saat itu saya bekerja menjadiwartawan sebuah surat kabar, yang kerap meliput aksi unjuk rasa kaumterpelajar," kenang Awi.

Saat itu, lanjutnya, Wiwin tercatat sebagai mahasiswaUniversitas Dr. Soetomo. Dia muncul menonjol, berorasi sambil memegang megaphone. Wiwin kerap memberi semangat teman-temannya. “Satu komando, satuperlawanan,” ujar Awi menirukan teriakan Wiwin saat melakukan orasi.

Seringkali aksi Wiwin dan teman-temannya berlangsung dibawah terik panas matahari. Awi sebagai wartawan sering berbaur dengan Wiwindan teman-temannga.

"Mereka memang anak-anak muda yang militan. Entah darimana mereka menimba spirit seperti itu. Yang pasti, Wiwin sering tampil dimuka, membela rakyat!" tegasnya.

Menurut Awi, Wiwin bahkan, meninggalkan kuliahnya."Dan, anak-anak muda di generasi 98 ini terus bergerak, sampai rezim OrdeBaru tumbang," tuturnya.

Belakangan Awi bertemu kembali dengan Wiwin saat wanita ituaktif di PDI Perjuangan. "Saya beberapa kali ketemu di Jakarta, termasukdi Kantor DPP PDI Perjuangan, Jl. Diponegoro. Suatu ketika dia menjelaskan,setelah selesai kuliah, dia menyalurkan gairah sebagai aktivis. Gairah berjuangdi garis massa. “Saya menemukan wadah yang tepat di PDI Perjuangan,” jelasWiwin saat itu dikutip Awi.

Wiwin tidak hanya bertugas di Jakarta. Ia sering menerimapenugasan dari PDI Perjuangan ke berbagai daerah. Termasuk di pelosok dan luarJawa. Ia merasa menemukan Indonesia lewat PDI Perjuangan. “Saya semakinmengenal Indonesia, negeri yang kaya-raya. Termasuk di dalamnya, manusiaIndonesia di berbagai tempat di Nusantara,” kata Wiwin saat itu.

Hal senada diungkapkan Ketua Komisi C DPRD SurabayaBaktiono. “Mbak Wiwin pernah berjuang bersama sama kami di era tahun 1996 danseterusnya sampai akhirnya Tuhan memanggilnya. Walaupun saat itu dia masihwanita berusia muda tapi sudah sangat berani menentang Penguasa Orde Baru yangkorup, otoriter dan ant-demokrasi,” katanya.

Menurut Baktiono, Wiwin muda sekitar 25 tahun yang laluadalah sosok luar biasa, yang selalu ada di barisan depan dalam menyuarakan danmemperjuangkan demokrasi dan kebebasan pendapat. “Setiap pertemuan, baik dalamdiskusi-diskusi internal maupun dalam skala besar, termasuk demonstrasi, MbakWiwin selalu kebagian untuk orasi,” katanya.

Luar biasanya bukan hanya suaranya yang mantap membakarsemangat, tapi isi orasi yang disampaikan sangat tajam dan tanpa ada rasa takutkepada penguasa otoriter. Ditegaskannnya, Wiwin dan semua para pejuangDemokrasi di era 1990-an tahu dan paham risikonya melakukan pergerakan. Takhanya ditahan, diinterogasi bahkan bisa tidak pulang selamanya. “Bisa saja kamidiculik, seperti rekan kami Herman dari Unair Surabaya yang sampai saat initidak pernah diketahui hidup atau sudah di Surga bersama Mbak Wiwin,” katanya.

Baktiono menegaskan, warga sudah bisa merasakan kondisi yangpenuh kemudahan seperti saat ini, salah satunya berkat perjuangan Wiwin. “Makakita harus bisa menjaga roh api perjungannya agar tetap membara. Bagi parapenurus  jangan sampai yang merasa hebatkarena kita bisa seperti saat ini adalah hasil perjuangan rekan-rekan yanglebih dulu berjuang seperti Mbak Wiwin. Bahkan ada puluhan bahkan ratusanpejuang yang hilang tidak kembali,” katanya.

Baktiono sendiri memiliki satu pesan dari Wiwin yang seringdisampaikan dan selalu akan diingat. “.....bagi mereka yang tidak pernahberjuang dalam menegakkan demokrasi tetapi menjadi pejabat (penikmat perjuangan)....Jangan sombong danjangan arogan, karena masih banyak para pejuang demokrasi dan pejuang reformasihidupnya tetap sederhana dan hidup apa ada,” kata Baktiono mengutip pesanWiwin.

Terpisah, Abdul Ghoni Mukhlas Ni’am, politisi muda dari PDIPmengaku sangat bangga sempat mengenal sosok Dyah Wahyu Winarti.”Beliau adalahsosok yg tegas lugas dan pekerja keras, dan beliau sangat humble, sebagaijuniornya patutlah meneladani sifat-sifat baik beliau,” ujar anggota DPRDSurabaya periode 2019-2024.

Banyak perjuangan Wiwin yang terus diceritakan kegenerasi-generasi muda PDIP. Tentang semangatnya, tentang ketulusannya.“Selamat jalan Mbk Wiwin. Kami akan selalu menjadikan perjuanganmu sebagaisalah satu pelecut semangat menciptakan kesejahteraan masyarakat,” tutupGhoni.(dya,ard)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.