Menjadi Orang Tua Pembelajar di Era Pandemi

nya : Dr. M. Sholihin, S.Ag., M.PSDM

Banyak orang tua kesulitan menghadapi pendidikan anak di era pandemi covid-19.

Alasannya macam-macam, seperti tidak paham teknologi, tidak punya pengalaman atau ilmu mendidik, tidak paham pelajaran karena susah, sampai masalah biaya untuk membeli paket internet.

Hal tersebut terungkap saat acara parenting wali murid SD Muhammadiyah 11 Surabaya beberapa hari yg lalu.

Bahkan ada orang tua yang bertanya, bagaimana agar bisa menjadi org tua yg sabar dalam mendidik anak? Ada juga yuga yang menanyakan bagaimana menjadi orang tua yang diturut anak? Bagaimana menghindarkan anak dari ketergantungan mainan HP? dll.

Saya sampaikan kepada orang tua murid, bahwa sesungguhnya tugas mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Guru sebenarnya membantu tugas orang tua di sekolah.

Bagaimana kuncinya agar anak nurut dengan orang tua? Coba kita gunakan kata "mengajak" dalam mendidik, dan jangan gunakan kata "menyuruh". Sebab anak lebih senang bila diajak daripada disuruh. Misalnya disuruh belajar, disuruh shalat dan sebagainya. Pasti akan sulit. Tapi kalau diajak shalat, diajak belajar, diajak makan, insya-Allah akan akan nurut & lebih senang.

Secara teori, bagaimana agar anak nurut dengan kita? Pertama, jadikan diri kita teman bagi anak-anak. Jadikan tempat yang nyaman bagi anak-anak kita dan bukan ancaman.

Kedua, jadilah org tua yg bisa sejahterakan anak. Berikan fasilitas yg memadai untuk anak. Tentu sesuai kemampuan dan kebutuhan. Dan jangan sampai terkesan memanjakan anak.

Ketiga, perbanyak pengetahuan tentang cara mendidik & cara mengatasi masalah. Bukankah "orang yang sukses adalah orang yang selalu berfikir tentang cara, sedangkan orang yang gagal adalah orang yang selalu menyalahkan orang lain".

Ingat, bahwa anak-anak kita, 60 % karakternya dibentuk oleh keluarga, 20 % oleh pendidikan, % 20 oleh lingkungannya.

Dan salah satu ilmu yang wajib dikuasai oleh seorang pendidik adalah ilmu komunikasi. 55 % keberhasilan org berkomunikasi menggunakan badan, 38 menggunakan intonasi suara & 7 % baru isi pembicaraan.