30 December 2025

Get In Touch

Dukung UMKM, Mahasiswa ITS Luncurkan Alat Produksi Telur Asin Berbasis Sensor

Salah satu anggota Tim Osmoinc ITS saat merakit komponen penting pada alat pembuat telur asin.
Salah satu anggota Tim Osmoinc ITS saat merakit komponen penting pada alat pembuat telur asin.

SURABAYA (Lentera) -Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil mengembangkan alat pembuat telur asin berbasis sensor Near Infrared (NIR) bernama Osmotic Manipulation and Near Infrared Controlled (Osmoinc).

Alatini mampu mempercepat proses produksi sekaligus menjaga kualitas dan cita rasa telur asin secara konsisten.

Ketua Tim Osmoinc ITS, Achmad Mahendra, menjelaskan inovasi ini berangkat dari keresahan terhadap metode konvensional yang masih banyak digunakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Proses pengasinan telur menggunakan campuran tanah liat dan garam dinilai memakan waktu cukup lama, bahkan mencapai 10 hingga 14 hari, sehingga kurang efektif untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, termasuk kebutuhan ekspor.

“Proses selama 10 sampai 14 hari tentu menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika permintaan pasar terus bertambah,” ujar Mahen, Selasa (30/12/2025).

Melalui Osmoinc, proses produksi telur asin menjadi lebih higienis, cepat, dan terstandar. Alat ini dirancang untuk menjaga kualitas rasa serta tekstur telur asin agar tetap masir dan seragam. 

Standar kebersihan dan efisiensi produksi menjadi fokus utama agar UMKM mampu meningkatkan daya saing produknya.

Secara teknis, Osmoinc bekerja dengan memanipulasi tekanan osmosis dalam proses penggaraman telur berbasis sensor Near Infrared (NIR).

Teknologi ini memanfaatkan perbedaan konsentrasi garam di dalam dan di luar telur hingga mencapai keseimbangan optimal. "Sensor NIR digunakan untuk menganalisis tingkat kematangan dan kemasiran telur secara non-destruktif," jelasnya.

Alat ini memiliki spesifikasi berukuran 53,4 x 56,3 x 50,2 sentimeter dengan kapasitas produksi hingga 150 butir telur dalam waktu operasi lima jam. Osmoinc menggunakan daya listrik sebesar 1.650 watt dengan frekuensi 50 Hz serta material berbahan Galvanis dan SS316 yang aman untuk pangan.

Dalam proses pengembangannya, alat ini dirancang melalui lima tahapan utama. Dimulai dari perancangan sistem, penentuan kondisi operasi, hingga pembuatan model prediksi kemasiran. Tahapan berikutnya meliputi pengujian kelengkapan komponen, pengujian fungsional serta kualitas hasil produksi, hingga uji coba kepada calon pengguna.

“Untuk proses pengasinan, tahap awal dilakukan perendaman telur menggunakan asam asetat 15 persen selama lima menit, kemudian dibilas dan direbus menggunakan larutan NaCl 30 persen selama empat jam pada suhu 70 derajat Celsius. Tahap terakhir dilakukan pengecekan kemasiran menggunakan sensor NIR,” ucapnya.

Mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri tersebut mengatakan, keunggulan inovasi ini, di antaranya penetrasi garam yang lebih merata, peningkatan daya simpan telur, serta pengendalian pertumbuhan mikroba yang lebih efektif. Dengan demikian, telur asin yang dihasilkan menjadi lebih aman dan berkualitas.

“Harapannya, inovasi ini dapat memotivasi mahasiswa ITS untuk terus berkarya dan menghadirkan solusi nyata yang berdampak bagi masyarakat,” pungkas Mahen.

Reporter: Amanah|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.