13 December 2025

Get In Touch

Pemkot Surabaya Alihkan Rencana Bangun Tangul Laut ke Perkuat Infrastruktur Pengendali Rob

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya, Syamsul Hariadi.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya, Syamsul Hariadi.

SURABAYA (Lentera) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengalihkan fokus penanganan banjir rob, dari rencana pembangunan tanggul laut ke upaya optimalisasi infrastruktur pengendali air. 

Pemkot menilai pembangunan tanggul laut belum dapat direalisasikan dalam waktu dekat, sehingga peningkatan fungsi rumah pompa, pintu air, dan bozem menjadi prioritas.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya, Syamsul Hariadi mengatakan langkah paling realistis saat ini untuk mengendalikan banjir rob, adalah memaksimalkan operasi pintu air, rumah pompa, serta bozem yang sudah tersedia.

"Penanganan banjir rob itu memang harus ada tanggul laut yang dilengkapi pintu air dan pompa. Tapi untuk saat ini, optimalisasi infrastruktur yang ada menjadi pilihan utama," kata Syamsul, Senin (8/12/2025).

Menurutnya, wilayah timur Surabaya telah memiliki fasilitas pengendalian banjir yang relatif lengkap, mulai dari pintu air hingga pompa air, sehingga potensi banjir rob dapat ditekan.

“Untuk banjir rob itu, insyaAllah bisa kita minimalisir,” tambahnya.

Namun situasi berbeda terjadi di wilayah barat Surabaya, Syamsul menyebut kawasan seperti Kali Krembangan, Kalianak, dan Kali Sememi belum memiliki fasilitas pintu air maupun pompa, sehingga masih rentan banjir rob.

“Di wilayah barat ada sekitar lima akses sungai menuju laut. Tiga atau empat di antaranya belum punya rumah pompa, dan ini yang akan kita agendakan pembangunannya,” jelasnya.

Saat ini, fasilitas pompa air baru tersedia di wilayah Balong dan Kandangan. Sementara Asemrowo, Kalianak, dan Tambak Langon masih menunggu pembangunan pintu air dan rumah pompa.

Syamsul menegaskan, pembangunan tanggul laut belum dapat diterapkan secara menyeluruh karena sifatnya yang kompleks dan tidak semua wilayah pesisir membutuhkan. Ia mencontohkan kawasan barat kota yang sudah memiliki struktur tanggul lokal serta lahan yang telah ditinggikan oleh pengembang.

“Di sana banyak kawasan pergudangan dan properti milik pengembang yang otomatis ditinggikan. Jadi kita hanya perlu melengkapi infrastrukturnya,” ujarnya.

Syamsul juga menekankan, pentingnya peran bozem sebagai penampungan sementara saat hujan bersamaan dengan pasang laut. Air dari darat dapat dialirkan ke bozem sebelum dipompa menuju laut.

“Kalau hujan, air masuk dulu ke bozem. Saat pasang, air dipompa keluar, dan ketika surut bisa mengalir secara gravitasi dibantu pompa, sehingga prosesnya lebih cepat,” terangnya.

Surabaya memiliki tiga bozem besar Bratang, Kalidami, dan Morokrembangan yang masing-masing mampu menampung hingga 80 ribu meter kubik air.

“Mereka bisa menampung air sementara saat hujan deras. Tinggal bagaimana kita mengoptimalkan kekuatan pompanya,” pungkas Syamsul.

 

Reporter: Amanah/Editor: Ais

 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.