 
      MADIUN (Lentera) -Hamparan sawah hijau di perbukitan Dusun Watu Gong, Desa Sukosari, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, kini menyimpan cerita baru.
Lahan yang dulu tandus dan terbengkalai, bertransformasi menjadi Wisata Lembah Pangonan—destinasi alam dengan kolam renang sebagai daya tarik utama.
Setiap akhir pekan, sedikitnya 200 pengunjung datang untuk menikmati suasana sejuk di lembah itu. Sebagian besar ingin berenang sambil menikmati panorama persawahan yang menenangkan.
“Tempatnya bersih, alami, dan bisa lihat pemandangan sawah. Anak-anak juga senang sekali,” ujar Khofifah, warga Jalan Merpati, Kelurahan Nambangan Lor, Kota Madiun, sambil mengawasi dua anaknya berenang.
Air kolam di Lembah Pangonan terasa segar karena tanpa bahan penjernih kimia. Sumber airnya berasal dari sumur pompa dalam yang sekaligus menjadi sumber irigasi bagi sawah warga sekitar.
Menurut Taufan Riyadi, pengelola wisata sekaligus anggota kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Sukosari, tempat wisata ini resmi dibuka pada Agustus 2024.
“Awalnya hanya buka Sabtu–Minggu. Tapi karena banyak permintaan, sekarang juga buka Rabu dan Kamis,” ujarnya, Selasa (28/10/2025).
Harga tiketnya pun ramah di kantong—hanya Rp5.000 per orang. Fasilitasnya meliputi gazebo joglo menghadap lembah, area camping ground, serta ruang terbuka untuk kegiatan arisan, rapat, dan gathering komunitas.
Namun siapa sangka, di balik keindahannya kini, lokasi itu dulunya hanyalah tanah desa tak produktif seluas sekitar 3.000 meter persegi.
“Dulu lahan ini cuma ditumbuhi rumput dan dipakai angon ternak. Air sulit, mau dijual pun nggak laku,” kenang Arno Pranoto, tokoh masyarakat setempat.
Pembangunan kolam renang membawa berkah ganda. Selain membuka lapangan kerja, air bekas kolam dialirkan kembali untuk mengairi sawah warga. Kini petani bisa menanam padi hingga tiga kali setahun, padahal sebelumnya hanya sekali.
Tak hanya sawah yang subur, akses jalan menuju wisata pun kini dibeton dan diperlebar.
“Sebelumnya cuma jalan tanah sempit. Sekarang kendaraan bisa masuk, tinggal sedikit yang perlu dibenahi,” tambah Arno.
Peningkatan kesejahteraan juga dirasakan pemerintah desa. Menurut Nurjanah, Bendahara Desa Sukosari, sistem pengelolaan wisata dilakukan dengan bagi hasil antara pemerintah desa dan Pokdarwis.
“Pokdarwis dapat 60 persen, desa 40 persen. Rata-rata pemasukan desa sekitar Rp5 juta per bulan, atau Rp50 juta selama tahun 2024,” ungkapnya.
Sebelum Lembah Pangonan berdiri, sumber pendapatan desa hanya dari sewa tanah kas desa dan ruko BUMDes. Kini, sektor pariwisata menjadi sumber baru yang menjanjikan.
“Belum ada target besar. Yang penting manfaatnya terasa dulu bagi masyarakat. Kalau berkembang, otomatis pendapatan desa ikut naik,” kata Nurjanah.
Ke depan, pemerintah desa berencana menambah sentra kuliner dan area produk UMKM agar warga sekitar dapat ikut menikmati geliat ekonomi wisata.
Wisata Lembah Pangonan juga tengah diajukan masuk dalam daftar destinasi wisata resmi Kabupaten Madiun melalui SK Bupati. Saat ini pengelolaannya sedang disupervisi oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) setempat.
Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo|Editor: Arifin BH




.jpg)
