 
      JAKARTA (Lentera) – Jaringan restoran cepat saji Pizza Hut di Inggris tengah menghadapi gelombang penutupan besar. Sebanyak 68 restoran dan 11 outlet layanan antar akan ditutup, membuat sekitar 1.210 pegawai berpotensi kehilangan mata pencaharian.
Langkah drastis ini diambil setelah perusahaan pengelola, DC London Pie Limited, resmi dinyatakan bangkrut dan menunjuk FTI Consulting sebagai administrator pada awal pekan ini. Meski begitu, pemilik global merek Pizza Hut, Yum! Brands, mengumumkan akan mempertahankan 64 restoran lainnya agar tetap beroperasi. Upaya penyelamatan ini menjaga sekitar 1.276 karyawan agar tidak terdampak PHK.
Pizza Hut, yang dahulu dikenal sebagai restoran keluarga populer sejak 1970-an, telah lama berjuang menghadapi tekanan bisnis di pasar Inggris. Tahun ini bahkan menjadi kali kedua perusahaan mengalami kebangkrutan dalam waktu kurang dari setahun.
DC London Pie sendiri sebelumnya mengambil alih bisnis Pizza Hut Inggris dari kondisi serupa pada Januari 2025. Perusahaan tersebut juga mengelola waralaba Pizza Hut di Swedia dan Denmark.
Direktur Pizza Hut untuk kawasan Eropa dan Kanada, Nicolas Burquier, menyatakan bahwa fokus utama kini adalah menjaga kelangsungan gerai yang masih beroperasi serta memberikan dukungan bagi karyawan yang terdampak restrukturisasi.
Menurut pengamat bisnis dari University of East London, Zoe Adjay, perubahan selera pasar menjadi tantangan besar bagi Pizza Hut. “Dulu mereka pionir fast food di Inggris, tapi sekarang kalah bersaing dengan merek-merek pizza premium yang lebih kreatif dan aktif di media sosial,” ujarnya.
Pandangan senada disampaikan analis keuangan dari AJ Bell, Danni Hewson, yang menilai beban biaya operasional tinggi dan sikap hati-hati konsumen turut memperparah tekanan terhadap perusahaan. “Menjalankan jaringan restoran besar yang sudah mapan di tengah perubahan perilaku konsumen adalah tugas yang sangat berat,” tambahnya.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber




.jpg)
