10 October 2025

Get In Touch

Korupsi dan Penambangan Ilegal: Dua Sisi Mata Uang yang Sama

M. Rohanudin Praktisi Penyiaran|
M. Rohanudin Praktisi Penyiaran|

OPINI (Lentera) -Pembekuan penambangan timah ilegal di Bangka Belitung dengan kerugian Rp 300 triliun membuka tabir dugaan penyelundupan logam tanah jarang. 

‎Kejaksaan Agung (Kejagung) memproses 23 tersangka, termasuk 5 korporasi, terkait kandungan logam tanah jarang di Smelter swasta yang dirampas di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah periode 2015-2022. 

‎Kasus ini diperkirakan menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 300 triliun, sebuah angka yang sangat besar dan menunjukkan betapa seriusnya kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan ilegal.

‎Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa pemerintah berkomitmen keras untuk memberantas praktik tambang ilegal dan penyelundupan sumber daya alam. Ia menilai bahwa aktivitas tersebut tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga mengancam kedaulatan ekonomi nasional.

‎Dalam kasus ini, ditemukan puluhan ribu ton monasit, mendekati 40 ribu ton, yang nilainya berpotensi menambah kerugian negara hingga ratusan triliun rupiah lagi.  Monasit sendiri merupakan mineral yang mengandung logam tanah jarang, yang memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar global.

‎Monasit yang ditemukan dalam kasus penambangan timah ilegal di Bangka Belitung ini berasal dari pasir hasil penambangan ilegal.  Mineral ini sering ditemukan bersama dengan mineral timah dan mineral lainnya dalam endapan aluvial.

‎Monasit memiliki peruntukan yang luas dalam industri teknologi modern karena kandungan logam tanah jarang yang dimilikinya. Digunakan sebagai bahan baku untuk membuat magnet permanen yang kuat, yang dimanfaatkan  dalam berbagai aplikasi seperti motor listrik, generator, dan perangkat elektronik. Nilainya yang tinggi membuatnya menjadi komoditas yang sangat berharga.

‎Dalam industri lainnya, monasit juga digunakan sebagai bahan baku untuk membuat katalis dalam industri kimia dan minyak. 

‎Selain itu, monasit digunakan dalam pembuatan bahan optik seperti lensa dan prisma karena sifat optiknya yang unik. Monasit juga digunakan dalam pembuatan komponen untuk teknologi energi bersih seperti panel surya dan turbin angin, serta dalam pembuatan komponen elektronik seperti kondensator dan resistor.

‎Dengan nilai ekonomi yang tinggi, monasit menjadi sangat penting dalam berbagai industri teknologi modern. Penemuan monasit dalam jumlah besar di lokasi penambangan ilegal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan tentang potensi kerugian negara yang lebih besar lagi.

‎Pemerintah telah menyita enam unit smelter timah ilegal yang beroperasi di kawasan konsesi PT Timah, dengan nilai barang yang disita mencapai Rp 6-7 triliun, belum termasuk nilai monasit yang jauh lebih besar. Smelter ilegal tersebut akan dikelola oleh PT Timah bersama masyarakat untuk mengembalikan manfaatnya bagi negara 

‎Lingkungan yang parah 

‎Kerusakan lingkungan yang signifikan telah terjadi akibat aktivitas penambangan ilegal, termasuk lahan kritis seluas 167.104 hektar dan ribuan kolong yang belum direklamasi. Tidak hanya itu, kecelakaan tambang juga telah menelan korban jiwa sebanyak 38 orang meninggal dunia dan 22 orang luka-luka.

‎Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kepulauan Bangka Belitung menyebut bahwa negara sedang dalam "delusi" dalam menyelesaikan kasus korupsi tata niaga timah. Menurut mereka, penyelesaian kasus ini harus diiringi dengan pemulihan lingkungan dan jaminan hak masyarakat atas lingkungan yang baik dan berkelanjutan.

‎Pemerintah dan Kejagung diharapkan dapat menindaklanjuti kasus ini dengan serius dan transparan, serta memprioritaskan pemulihan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Sebab, kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada masyarakat lokal, tetapi juga pada generasi mendatang.

‎Upaya pemulihan lingkungan yang perlu dilakukan antara lain adalah moratorium izin, penegakan hukum lingkungan yang efektif, dan pemulihan berbasis kearifan lokal yang melibatkan masyarakat adat. Dengan demikian, diharapkan kerusakan lingkungan dapat dicegah dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin.

‎Kini sedang berlangsung pengusutan kandungan logam tanah jarang di Bangka Belitung, dengan Presiden Prabowo Subianto meninjau langsung smelter timah yang dirampas dari kasus korupsi pengelolaan timah Rp 300 triliun. Potensi monasit yang ditemukan di kawasan smelter tersebut sangat besar, dengan nilai mencapai USD 200.000 per ton. Total monasit yang ditemukan mencapai puluhan ribu ton, bahkan mendekati 4.000 ton monasit di satu smelter saja.

‎Prabowo menegaskan bahwa pemerintah akan terus berkomitmen untuk memberantas penyelundupan dan penambangan ilegal. Ia memastikan akan menindak segala bentuk pelanggaran hukum di sektor pertambangan demi melindungi kekayaan alam Indonesia. Pengelolaan smelter yang dirampas akan dilakukan oleh PT Timah selaku BUMN

‎Sudah selayaknya pengusutan ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perekonomian negara dan masyarakat sekitar, serta meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas pertambangan ilegal. Dengan demikian, potensi kerugian negara dapat diminimalkan dan kekayaan alam Indonesia dapat dilindungi dengan lebih baik (*)

Penulis: M. Rohanudin, Praktisi Penyiaran|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Kejujuran
Previous News
Kejujuran
Lentera.co.
Lentera.co.