12 September 2025

Get In Touch

Korban Tewas Demo Rusuh di Nepal Melonjak Jadi 31 Orang

Gedung parlemen Nepal dibakar demonstran.ist
Gedung parlemen Nepal dibakar demonstran.ist

KATHMANDU (Lentera)-Korban tewas akibat protes keras di Nepal pada Kamis meningkat menjadi 31 orang seiring dengan berlangsungnya pembahasan pembentukan pemerintahan sementara pasca kerusuhan yang menggulingkan Perdana Menteri KP Sharma Oli.

Departemen Kedokteran Forensik di Rumah Sakit Pengajaran Universitas Tribhuvan, tempat jenazah para pengunjuk rasa dibawa untuk keperluan autopsi, identitas awal dari 25 korban telah berhasil diidentifikasi.

Sementara itu, identitas enam korban lainnya, yang salah satunya perempuan, masih belum diketahui, menurut harian berbahasa Inggris Kathmandu Post.

Tentara Nepal melepaskan tembakan pada Kamis pagi untuk menggagalkan upaya pelarian di sebuah penjara, menewaskan sedikitnya dua narapidana dan melukai lebih dari 12 orang lainnya.

Upaya pelarian terbaru itu terjadi di distrik Ramechhap, Provinsi Bagmati, ketika para narapidana berhasil merusak beberapa kunci bagian dalam dan mencoba mendobrak gerbang utama sebelum akhirnya aparat keamanan melepaskan tembakan.

Penjara tersebut menampung lebih dari 300 narapidana.

Pihak kepolisian menyatakan situasi sudah terkendali dan tidak ada narapidana yang berhasil melarikan diri.

Nepal telah mengalami beberapa kali upaya pelarian dari penjara sejak protes keras terjadi. Lebih dari 15.000 narapidana dilaporkan berhasil kabur dalam beberapa hari terakhir.

Militer telah mengambil alih kendali keamanan di negara tersebut setelah gelombang protes yang dipimpin oleh generasi muda, dikenal sebagai “Generasi Z”, memaksa Oli mengundurkan diri.

Pembahasan tengah berlangsung untuk menentukan kepemimpinan pemerintahan sementara yang akan menjalankan negara kecil di pegunungan Himalaya tersebut hingga pemilihan umum baru.

Adapun para pemuda yang memimpin aksi protes memilih mantan Ketua Mahkamah Agung, Sushila Karki, melalui jajak pendapat daring sebagai kandidat kepala pemerintahan sementara.

Sementara itu, sebagian kelompok pengunjuk rasa juga mengusulkan nama Wali Kota Kathmandu, Balendra Shah, untuk memimpin pemerintahan transisi.

Poin tuntutan rakyat yang dirangkum dari beberapa kanal media lokal Nepal dan internasional:

1. Pemerintah harus mencabut larangan media sosial

Masyarakat menilai bahwa langkah pemerintah Nepal telah memblokir sejumlah platform media sosial populer seperti Facebook, X, dan YouTube adalah bentuk pembungkaman pendapat.

2. Adanya pemberantasan korupsi dan akuntabilitas pemerintah untuk membersihkan tubuh negara dari politik kotor

Demonstran terutama kalangan Generasi Z, sangat marah terhadap korupsi yang merajalela dan gaya hidup mewah para politisi dan keluarga mereka. Diketahui bahwa keluarga pejabat kerap memamerkan kekayaan mereka hingga timbul istilah nepo baby, yakni anak-anak pejabat yang menyalahgunakan privilese mereka.

3. Pemberlakuan reformasi sistem politik dan pemerintahan yang stabil

Amarah masyarakat juga berawal dari ketidakstabilan politik yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Mereka menilai bahwa kondisi politik di Nepal sudah tidak kondusif dan jauh dari kata transparan.

4. Pejabat dan aparat yang terlibat dalam represi dan kekerasan harus dihukum

Diketahui bahwa represi dari polisi sepanjang demonstrasi berlangsung mengakibatkan banyak korban jiwa. Beberapa laporan menyebutkan jumlah korban luka mencapai lebih dari 1.000 orang.

Informasi terbaru dari berbagai kanal juga mencatat ada 31 orang tewas, termasuk tiga narapidana yang tewas dalam bentrokan dengan petugas keamanan saat mencoba kabur dari penjara.

5. Penciptaan lapangan kerja terutama untuk kaum muda

Demonstran yang terdiri atas mayoritas kaum muda juga jenuh melihat lapangan pekerjaan yang tak kunjung dijanjikan. Angka pengangguran di Nepal menjadi 'bahan bakar' amarah publik lantaran pemerintah dinilai tak komitmen memberikan lapangan kerja.

Editor:Widyawati/berbagai sumber 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.