09 September 2025

Get In Touch

Tren Cortisol Cocktail, Minuman untuk Redakan Stres

Cocktail (Dok. Canva)
Cocktail (Dok. Canva)

SURABAYA (Lentera) - Saat ini, media sosial tengah diramaikan dengan tren minuman bernama cortisol cocktail. Minuman tersebut populer karena dipercaya dapat membantu menurunkan stres—khususnya kadar hormon kortisol—serta meningkatkan energi tubuh.

Cortisol cocktail ini menjadi minuman yang dipercaya dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang tinggi dan membantu mengatasi apa yang disebut sebagai adrenal fatigue atau kelelahan kelenjar adrenal. 

Apa Itu Kortisol?

Dilansir dari laman Independent.co.uk, kortisol sering disebut sebagai “hormon stres”. Namun sebenarnya, tubuh manusia tetap membutuhkan hormon kortisol. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal yang juga menghasilkan adrenalin, hormon seks, dan aldosteron, yakni zat yang membantu mengatur keseimbangan garam serta tekanan darah.

Produksi kortisol dikendalikan otak sebagai respons terhadap stres, baik fisik maupun psikologis. Misalnya saat kurang tidur, terluka, menghadapi tekanan kerja, atau sedang berduka. Pada kondisi ini, kortisol meningkat untuk memicu respons fight or flight.

Selain berperan dalam menghadapi stres, kortisol juga penting dalam mengatur metabolisme, menambah gula darah sebagai sumber energi, serta mengurangi peradangan. Kadarnya berubah mengikuti siklus harian, seperti kadarnya akan tinggi di pagi hari, turun pada sore hari, dan rendah di malam hari.

Kortisol tinggi justru diperlukan saat bangun tidur atau dalam kondisi genting. Sebaliknya, kadar rendah dibutuhkan di malam hari agar bisa tidur nyenyak. Sehingga anggapan bahwa kortisol selalu buruk tidak sepenuhnya tepat.

Cara Membuat 

Dikutip dari SiPhox, membuat cortisol cocktail tidak memerlukan bahan khusus karena semua bahan bisa ditemukan dengan mudah di supermarket biasa atau mungkin sudah tersedia di dapur rumah. Berikut langkah-langkah pembuatannya.

Siapkan bahan utama berupa 120 mililiter jus jeruk segar, seperempat sendok teh garam laut atau garam Himalaya merah muda, dan seperempat sendok teh cream of tartar.

Tuangkan semua bahan ke dalam gelas, lalu aduk hingga tercampur rata.
Minuman ini juga harus segera diminum, sebaiknya dalam waktu 30 menit setelah bangun tidur. Gunakan jus jeruk perasan segar agar kandungan vitamin C lebih maksimal atau pilih jus kemasan tanpa tambahan gula.

Pilihan Variasi

Untuk mengurangi asupan gula, ganti jus jeruk dengan 240 mililiter air kelapa dan tambahkan bubuk vitamin C seperempat sendok teh. Alternatif lain, gunakan 240 mililiter air dengan perasan setengah buah lemon, lalu campurkan bubuk vitamin C dan garam. Bagi yang suka rasa segar alami, buat versi hijau dengan mencampurkan jus mentimun, jus seledri, perasan lemon, garam, dan bubuk vitamin C.

Ada juga variasi tambahan yang bisa dicoba. Beberapa orang menambahkan cream of tartar untuk meningkatkan asupan kalium atau jahe untuk membantu pencernaan sekaligus memberi sensasi hangat. Ada pula yang mencampurkan suplemen kesehatan, seperti kolagen, yang dikenal sebagai protein pembentuk jaringan.

Meski begitu, penggunaan suplemen sebaiknya tetap dikonsultasikan dengan dokter. Tidak semua suplemen cocok untuk kondisi kesehatan tertentu dan sebagian bisa berinteraksi dengan obat yang sedang dikonsumsi.

Dikutip dari laman WebMD, klaim kesehatan minuman ini didasarkan pada kandungan vitamin C dari jus jeruk, kalium dari air kelapa, magnesium tambahan, dan natrium dari garam. Vitamin C memang berperan penting dalam fungsi kelenjar adrenal, sedangkan kalium diperlukan untuk kesehatan sel dan menjaga detak jantung.

Magnesium berfungsi dalam produksi energi dan kerap berkurang pada kondisi stres kronis. Namun, klaim bahwa natrium baik untuk kortisol dan kelenjar adrenal tidak sesuai bukti ilmiah. Asupan garam berlebih justru dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis dan terbukti meningkatkan kadar kortisol.

Risiko Gula dan Garam

Meski mengandung vitamin dan mineral penting, minuman ini tidak terbukti secara langsung seketika signifikan menurunkan kadar hormon kortisol. Sebaliknya, ia menyimpan risiko karena kandungan gula dan garam yang tinggi.

Satu porsi cortisol cocktail memiliki sekitar 16 gram gula yang setara dengan sepertiga dari batas harian yang dianjurkan. Namun bagi penderita diabetes, kadar gula ini bisa berbahaya.

Dengan seperempat sendok teh garam, minuman ini juga mengandung seperempat dari batas harian natrium sehingga apabila dikonsumsi berlebihan dapat memperburuk tekanan darah tinggi. Kandungan kalium yang cukup tinggi pun berisiko bagi mereka yang memiliki penyakit ginjal, jantung, atau diabetes.

Cara Kerja Kortisol 

Dikutip dari laman Houston Methodist, dalam situasi tertekan tubuh melepaskan kortisol setelah hormon “fight or flight” seperti adrenalin dilepaskan. Kortisol kemudian merangsang pelepasan glukosa dari hati untuk menyediakan energi cepat agar tubuh tetap siaga. Selain itu, kortisol memengaruhi metabolisme dengan mengatur cara tubuh menggunakan gula untuk energi. Hormon ini menginstruksikan pankreas menurunkan produksi insulin sekaligus meningkatkan glucagon sehingga kadar gula darah tetap tersedia.

Pada jangka pendek, kortisol bisa membantu memperkuat sistem imun dengan mengendalikan peradangan. Namun, jika kadarnya terus-menerus tinggi, tubuh dapat mengalami peradangan kronis yang justru melemahkan daya tahan. Kortisol juga memengaruhi tekanan darah yang apabila kelebihan hormon ini bisa memicu hipertensi, sementara kekurangannya menyebabkan tekanan darah rendah. Pola tidur pun tak lepas dari pengaruh kortisol. Kadar hormon ini biasanya rendah saat malam hari, lalu meningkat menjelang pagi untuk membantu tubuh terjaga.

Menurut Cleveland Clinic, produksi kortisol dikendalikan oleh mekanisme yang rumit, melibatkan hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal. Saat kadar kortisol dalam darah turun, hipotalamus melepaskan hormon CRH yang kemudian memicu pituitari menghasilkan ACTH. ACTH inilah yang mendorong adrenal menghasilkan kortisol. Agar kadar tetap sehat, ketiga organ ini harus berfungsi selaras.

Ketidakseimbangan Kortisol

Dikutip dari News-Medical.Net, kadar kortisol yang terlalu tinggi bisa menimbulkan sindrom Cushing, ditandai dengan penambahan berat badan pada wajah dan perut, munculnya lemak di punggung atas, tekanan darah tinggi, hingga kadar gula darah meningkat. Sebaliknya, kadar kortisol yang terlalu rendah dikenal sebagai insufisiensi adrenal. Kondisi ini bisa muncul akibat penyakit Addison, gangguan pada kelenjar pituitari, atau penghentian mendadak penggunaan obat kortikosteroid. Gejalanya antara lain kelelahan, penurunan berat badan, hilangnya nafsu makan, dan tekanan darah rendah.

Seseorang yang memiliki gejala stres harian, kurang tidur, hingga pola kerja malam bisa mengganggu kadar hormon kortisol. Namun ada beberapa langkah sederhana untuk menyeimbangkannya dengan cara tidur yang cukup, berolahraga teratur, latihan pernapasan, menjaga hubungan sosial yang sehat, serta menikmati kegiatan menyenangkan.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.