01 August 2025

Get In Touch

Kekerasan Anak dan Perempuan di Kota Malang Capai 93 Kasus, Dinsos: Bukti Korban Berani Bicara dan Lapor

Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito. (Santi/Lentera)
Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Dinas Sosial-Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang mencatat sebanyak 93 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan yang meningkat pada semester pertama tahun 2025, sebagai indikasi korban yang mulai berani berbicara dan melaporkan kekerasan yang dialami.

Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito menyampaikan kenaikan kasus mencapai kisaran 50 hingga 70 persen, jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024.

"Kalau kami lihat perbandingannya dengan tahun 2024, memang ada kenaikan. Cuman dengan adanya kenaikan ini justru berdampak positif dan harus langsung kami tindaklanjuti. Karena dengan banyaknya laporan dari masyarakat, berarti masyarakat lebih berani terbuka, berani speak up," ujar Donny, Senin (28/7/2025).

Menurut Donny, rendahnya jumlah laporan pada tahun-tahun sebelumnya belum tentu menunjukkan kekerasan tidak terjadi. Ia menilai, bisa jadi pada waktu itu korban ataupun saksi belum memiliki keberanian untuk menyampaikan kasus yang dialami ataupun disaksikannya.

Berdasarkan data yang dihimpun Dinsos-P3AP2KB, bentuk kekerasan yang paling banyak dilaporkan selama enam bulan pertama tahun 2025, ini adalah kekerasan fisik. Dikatakan Donny, tidak ditemukan laporan kasus pemasungan, namun kekerasan fisik masih mendominasi laporan yang diterima pihaknya.

"Kalau yang sudah dilaporkan ke kami itu kebanyakan kekerasan fisik. Nggak ada yang dipasung," kata Donny.

Disinggung tentang keterkaitan latar belakang ekonomi keluarga, Donny menyebut kasus kekerasan terjadi relatif merata, baik pada keluarga yang tergolong mampu maupun tidak mampu.

Selain itu, menurutnya pelaku kekerasan umumnya berasal dari lingkungan terdekat korban.

"Yang melakukan cenderung keluarga terdekat. Baik itu KDRT ataupun kekerasan seksual. Yang sering terjadi, pelakunya adalah keluarga terdekat," terangnya.

Sebagai upaya pencegahan, Dinsos-P3AP2KB Kota Malang mengedepankan penguatan peran keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dalam membentuk perilaku. Donny menekankan pentingnya perhatian terhadap internal keluarga masing-masing.

"Jangan membandingkan pasangan sendiri dengan pasangan orang lain. Jangan menyalahkan atau mencampuri pola asuh orang lain sebelum memastikan pola asuh dalam keluarga sendiri sudah sehat," jelas Donny.

Ditambahkannya, Dinsos juga terus mendorong edukasi kepada anak-anak tentang kekerasan dan kesehatan seksual sebagai langkah pencegahan dini terhadap potensi kekerasan. Menurutnya, sejak dini anak-anak perlu dibekali pengetahuan mengenai tubuh mereka, batasan yang sehat, dan jenis-jenis kekerasan.

"Edukasi seksual, kekerasan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perlindungan anak akan terus kami kenalkan. Agar mereka juga bisa memahami dan berani melapor jika mengalami kekerasan," pungkasnya.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.