
GAZA (Lentera) - Sedikitnya 95 warga sipil tewas akibat tembakan militer Israel dalam 24 jam terakhir, ketika sedang antre menunggu bantuan, di lokasi distribusi yang dikelola oleh Amerika Serikat di Jalur Gaza disampaikan Kementerian Kesehatan Gaza, Senin (21/7.2025).
“Kelaparan juga telah menewaskan 19 orang dalam 24 jam terakhir, di tengah blokade total yang diberlakukan Israel,” kata Direktur Jenderal Kementerian, Muneer Alboursh kepada Anadolu mengutip Antara, Selasa (22/7/2025).
Israel telah menutup seluruh perbatasan Gaza sejak 2 Maret, yang secara efektif memutus akses terhadap bantuan kemanusiaan dan mempercepat penyebaran kelaparan.
Data yang dirilis Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 1.020 pencari bantuan tewas, sejak 27 Mei dan lebih dari 6.500 orang terluka akibat tembakan Israel di titik-titik distribusi bantuan yang didirikan di bawah mekanisme bantuan Israel.
Sejumlah pejabat dan lembaga PBB mengecam mekanisme bantuan Israel tersebut sebagai “perangkap maut.”
Kementerian Kesehatan Gaza juga mencatat sebanyak 86 orang, termasuk 76 anak-anak, telah meninggal dunia akibat kelaparan dan dehidrasi sejak Oktober 2023.
Kantor Media Pemerintah Gaza juga memperingatkan bahwa wilayah kantong tersebut berada “di ambang kematian massal” setelah lebih dari 140 hari penutupan total seluruh titik penyeberangan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 59.000 warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel. Kampanye militer Israel telah menghancurkan wilayah kantong tersebut, melumpuhkan sistem kesehatan, dan menyebabkan kekurangan pangan yang parah.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanannya, Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya terhadap wilayah kantong tersebut.
Editor: Arief Sukaputra