
SURABAYA (Lentera) - Masakan yang baru saja matang dan masih mengeluarkan uap sering kali terlihat lebih menggugah selera. Tak sedikit orang yang langsung menyantapnya tanpa menunggu hingga suhunya turun. Padahal, kebiasaan ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan, apalagi jika dilakukan terus-menerus dalam jangka panjang.
Makanan bersuhu terlalu tinggi dapat merusak jaringan sensitif di mulut, tenggorokan, hingga sistem pencernaan. Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, kebiasaan mengonsumsi makanan yang sangat panas juga berhubungan dengan risiko gangguan kesehatan serius. Dalam artikel ini, akan dibahas berbagai dampak tersembunyi dari makanan panas yang penting untuk diketahui agar kamu bisa lebih bijak saat menikmati hidangan kesukaan.
Risiko Luka Bakar pada Mulut dan Lidah
Makan makanan panas dapat menyebabkan luka bakar ringan pada permukaan mulut dan lidah. Hal ini biasanya ditandai dengan rasa perih, kemerahan, bahkan melepuh di bagian dalam mulut. Luka semacam ini mungkin terlihat sepele, tetapi dapat mengganggu kemampuan makan dan bicara selama beberapa hari.
Jika luka bakar terjadi terlalu sering, jaringan mulut bisa menjadi lebih sensitif dan rentan terhadap infeksi. Selain itu, luka di lidah atau langit-langit mulut dapat membuat rasa makanan berubah dan menurunkan nafsu makan. Oleh karena itu, penting untuk membiarkan makanan sedikit mendingin sebelum dikonsumsi.
Iritasi dan Kerusakan pada Tenggorokan
Selain mulut, tenggorokan juga bisa mengalami iritasi jika sering terpapar suhu makanan yang sangat panas. Konsumsi makanan panas secara berulang dapat menyebabkan peradangan ringan hingga luka pada lapisan tenggorokan. Gejala yang sering muncul antara lain sakit saat menelan atau rasa perih berkepanjangan.
Dalam jangka panjang, iritasi kronis pada tenggorokan bisa menurunkan kualitas suara, menyebabkan batuk kering, atau memicu gangguan pernapasan ringan. Karena itu, sangat disarankan untuk menunggu makanan mencapai suhu yang nyaman sebelum dikonsumsi, terutama bagi orang yang memiliki riwayat gangguan tenggorokan.
Risiko Kanker Kerongkongan (Esofagus)
Salah satu bahaya paling serius dari konsumsi makanan panas adalah meningkatnya risiko kanker esofagus. Beberapa studi menyebutkan bahwa paparan suhu tinggi secara terus-menerus pada dinding kerongkongan dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan sel, yang lama-kelamaan bisa berkembang menjadi sel kanker.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mengklasifikasikan konsumsi minuman atau makanan bersuhu di atas 65°C sebagai faktor risiko kanker. Oleh sebab itu, penting untuk tidak mengabaikan suhu makanan, meskipun terlihat aman. Menunggu beberapa menit bisa memberikan perlindungan jangka panjang terhadap kesehatan pencernaanmu.
Merusak Email Gigi
Email gigi merupakan lapisan terluar dan terkeras pada gigi yang berfungsi melindungi jaringan di dalamnya. Namun, kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas dapat menyebabkan email gigi terkikis secara perlahan.
Ketika email gigi menipis, gigi menjadi lebih sensitif terhadap suhu makanan dan minuman, bahkan bisa terasa nyeri saat mengonsumsinya. Dalam jangka panjang, kondisi ini juga meningkatkan risiko terjadinya gigi berlubang karena perlindungan alami gigi mulai berkurang.
Luka pada Lambung
Bukan pada area mulut saja. Mengonsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas juga akan melukai lambungmu. Hal ini disebabkan, suhu makanan atau minuman yang terlalu tinggi dapat membuat lambung iritasi, kemudian memproduksi HCI dan membuat perut terasa kembung dalam waktu yang lama.
Menikmati makanan hangat memang menyenangkan, tetapi penting untuk mengetahui batas aman suhu makanan yang bisa dikonsumsi. Terlalu terburu-buru dalam menyantap makanan panas justru bisa membawa dampak negatif yang tidak terlihat langsung, namun berbahaya dalam jangka panjang.
Mudah Merasa Lelah
Rasa lelah yang mudah dirasakan seseorang bisa jadi disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman yang terlalu panas. Suhu panas tersebut dapat memicu kerja organ tubuh menjadi lebih cepat, sehingga energi tubuh terkuras lebih banyak dari biasanya.
Akibatnya, tubuh menjadi lebih mudah merasa lelah dan lemas. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya tunggulah beberapa saat hingga makanan atau minuman tidak terlalu panas sebelum dikonsumsi, agar tidak membebani kerja organ tubuh secara berlebihan.
Gangguan Pencernaan
Mengonsumsi makanan yang terlalu panas dapat mengganggu kinerja lambung dan saluran pencernaan bagian atas. Suhu tinggi dari makanan bisa menyebabkan iritasi pada dinding lambung dan kerongkongan, yang dalam jangka panjang berisiko menimbulkan gangguan pencernaan.
Risiko ini akan semakin besar jika makanan panas dikonsumsi saat perut dalam keadaan kosong. Tanpa adanya makanan lain sebagai penyeimbang, suhu panas langsung mengenai dinding lambung, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya peradangan atau luka pada saluran cerna.
Biasakan untuk meniup, mendiamkan, atau mengaduk makanan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Dengan cara sederhana ini, kamu bisa mencegah berbagai masalah kesehatan mulai dari luka ringan hingga risiko penyakit serius. Ingat, menjaga kesehatan tidak selalu rumit—kadang cukup dengan menunggu makanan menjadi sedikit lebih dingin.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber