19 May 2025

Get In Touch

Anak Kurang Zat Besi? Susu Fortifikasi Solusinya

Ilustrasi anak minum susu (AI)
Ilustrasi anak minum susu (AI)

SURABAYA (Lentera) - Indonesia tengah menghadapi masalah serius, di mana hampir separuh anak berusia 1 hingga 5 tahun mengalami kekurangan zat besi. Menurut Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI), kondisi ini dapat dikenali melalui sejumlah gejala umum seperti tubuh lemas, mudah lelah, wajah tampak pucat, kesulitan berkonsentrasi, rentan terhadap infeksi, serta penurunan nafsu makan.

Susu fortifikasi menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi kekurangan zat besi. Produk ini dilengkapi dengan tambahan zat besi dan sering juga diperkaya vitamin C guna meningkatkan penyerapan nutrisi. 

Inovasi ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak Indonesia, mencegah anemia, serta mendukung tumbuh kembang yang sehat dan optimal.

Zat besi adalah nutrisi esensial untuk pembentukan hemoglobin, komponen sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu, fungsi zat besi yang mendukung produksi sel darah merah sangat esensial untuk menjaga energi tubuh. Hal ini membuat zat besi berperan krusial dalam berbagai proses tubuh anak. 

Kekurangan zat besi berdampak serius pada perkembangan kognitif dan fisik. Susu fortifikasi membantu memenuhi kebutuhan zat besi harian anak, sehingga mencegah anemia dan mendukung pertumbuhan optimal. Konsumsi rutin susu fortifikasi terbukti efektif mencegah anemia hingga 88%.

Apa Itu Fortifikasi?

Fortifikasi adalah proses penambahan nutrisi ke dalam makanan untuk meningkatkan kandungan gizinya. Proses ini biasanya dilakukan pada bahan pangan pokok seperti tepung, garam, susu, dan minyak nabati. Fortifikasi bertujuan untuk membantu masyarakat mendapatkan kebutuhan nutrisi harian yang sulit diperoleh dari pola makan biasa.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), fortifikasi makanan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang telah terbukti efektif dan terjangkau. Proses ini sering digunakan untuk menambahkan mikronutrien seperti zat besi, vitamin A, yodium, dan asam folat, yang sangat penting untuk kesehatan manusia tetapi seringkali kurang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.

Mengapa Fortifikasi Penting?

Kekurangan mikronutrien, yang juga dikenal sebagai “kelaparan tersembunyi,” merupakan masalah global yang memengaruhi miliaran orang, terutama di negara berkembang. Kekurangan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti anemia, gangguan pertumbuhan, serta melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Fortifikasi makanan memberikan solusi praktis untuk mengatasi masalah ini. Sebagai contoh:
-Penambahan yodium pada garam: Mengurangi risiko gangguan tiroid.
-Fortifikasi tepung dengan asam folat: Membantu mencegah cacat tabung saraf pada bayi.
-Penambahan vitamin D pada susu: Mendukung kesehatan tulang dan sistem kekebalan tubuh.

WHO menegaskan bahwa fortifikasi makanan tidak hanya efektif tetapi juga dapat menjangkau populasi besar tanpa memerlukan perubahan besar pada kebiasaan makan.

Sehat dengan Susu Fortifikasi

Susu fortifikasi bukan sekadar susu biasa. Dokter spesialis penyakit dalam dr. Sukiman Rusli, Sp.PD, dokter spesialis penyakit mengatakan susu fortifikasi memiliki kandungan zat besi tambahan dan vitamin C berperan penting dalam meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. 

Hal ini sangat penting karena zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak, meningkatkan daya ingat, dan kemampuan memecahkan masalah. Anak yang mengonsumsi susu fortifikasi secara rutin menunjukkan peningkatan kemampuan belajar dan memproses informasi lebih cepat.

“Banyak yang mengeluh lelah dan sulit fokus, ternyata mereka kekurangan zat besi,” kata Dr. Sukiman, menyoroti dampak defisiensi zat besi pada produktivitas anak.

Selain itu, susu fortifikasi juga berperan dalam memperkuat sistem imun anak. Dengan sistem imun yang kuat, anak lebih tahan terhadap berbagai infeksi. Susu fortifikasi juga membantu meningkatkan kebugaran fisik, sehingga anak lebih berenergi dan mampu beraktivitas lebih lama. Bahkan, asupan zat besi yang cukup dapat membantu menjaga suasana hati anak tetap ceria dan berenergi.

“Susu mengandung kalsium, protein, vitamin D, dan zat besi, yang berperan penting dalam menjaga fungsi tubuh,” kata dr. Sukiman.Penting diingat, susu fortifikasi merupakan pelengkap, bukan pengganti makanan bergizi lainnya. 

Anak tetap membutuhkan asupan zat besi dari berbagai sumber makanan seperti daging merah, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat dianjurkan untuk menentukan jenis dan jumlah susu fortifikasi yang tepat.

Komponen Penting 

"Beberapa produk susu pertumbuhan difortifikasi dengan zat besi dan ini bisa membantu melengkapi asupan harian anak," ujar dr. Denta. Biasanya, zat besi pada susu pertumbuhan berkisar 1,5-2 mg per 200 ml, mencukupi 15-30% kebutuhan zat besi harian anak. 

"Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak, bisa juga dipertimbangkan untuk melengkapinya dengan sumber nutrisi yang difortifikasi, seperti susu pertumbuhan yang dilengkapi dengan Zat Besi dan Vitamin C. Konsumsi zat besi yang disertai dengan vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga 2x lipat," jelas Dian.

Pertumbuhan Optimal

Pemberian susu pertumbuhan terfortifikasi pada anak usia 1-3 tahun terbukti membantu memenuhi kebutuhan zat besi harian anak sesuai angka kecukupan gizi (AKG) lebih baik. Orangtua harus bijak memilih susu pertumbuhan yang terfortifikasi nutrisi penting seperti Zat Besi dan Vitamin C untuk penyerapan zat besi optimal.

Susu fortifikasi merupakan solusi praktis dan efektif untuk mengatasi kekurangan zat besi pada anak. Namun, tetap penting untuk diingat bahwa susu fortifikasi hanyalah pelengkap, bukan pengganti makanan bergizi lainnya. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan pilihan terbaik bagi anak Anda.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.