07 April 2025

Get In Touch

Pakar Paleoantropologi: Penyakit Polio Alami Evolusi

Ilustrasi pemberian imunusasi polio untuk anak-anak.
Ilustrasi pemberian imunusasi polio untuk anak-anak.

SURABAYA (Lenteratoday) - Kemunculan penyakit polio baru-baru ini meningkatkan kewaspadaan berbagai pihak. Terlebih, muncul varian baru polio yang merupakan hasil evolusi sejak berabad-abad lalu.Lantas, apakah benar penyakit polio telah mengalami evolusi?

Menjawab hal itu, Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati, DFM PA(k), Pakar Paleoantropologi FISIP Unair mengatakan, polio sebenarnya sudah ada sejak lama dalam peradaban manusia.“Polio sejak zaman dahulu sudah terdeteksi di Mesir abad ke-16,” kata Prof Toetik, Kamis (8/02/2024).

Seiring perkembangan peradaban manusia, polio juga mengalami evolusi. Faktor yang memengaruhi evolusi ini antara lain adalah perubahan iklim global. “Perubahan iklim berpengaruh terhadap evolusi ini. Akibatnya, virus bermutasi dengan variasi ekologi,” tuturnya.

Selain itu, budaya dan cara hidup manusia yang terus berkembang dari masa ke masa juga berpengaruh terhadap evolusi penyakit polio. Dengan kata lain, budaya hidup manusia terus berkembang seiring dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik. Namun dampaknya, manusia lebih eksploitatif terhadap bumi sehingga mengakibatkan rusaknya ekologi termasuk pemanasan global.

"Pemanasan global menjadikan banyak es mencair, membangkitkan banyak virus, bakteri, dan parasit. Contoh dampak mencairnya es dan munculnya patogen adalah ketika terjadi kasus Antraks di Siberia,” jelasnya.

Selain situasi pemanasan global dan kerusakan ekologi yang terus terjadi, konflik global juga berpengaruh pada kasus polio. Menurutnya, situasi politik dunia yang semakin kacau menjadikan kasus polio cenderung meningkat pesat terutama di wilayah perang.

Situasi perang yang berdampak pada proses migrasi dan evakuasi penduduk juga akan melahirkan diskriminasi terhadap akses vaksin setiap negara. “Kemiskinan dan persoalan diskriminasi berpeluang untuk membatasi akses kesehatan termasuk vaksin," ungkapnya.

Guna mengatasi hal tersebut, Prof Toetik menilai perlu adanya pendekatan holistik. Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan kolaborasi dalam menanggulangi infeksi penyakit ini. 

"Itu semua bisa dilakukan dengan memulai menerapkan hidup sehat, mencegah kerusakan lingkungan, dan menerapkan kerangka pikir kesehatan global," tukasnya.

Reporter: Amanah Nur Asiah (mg)|Edito:widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.