Pekerja Asal Bone Meninggal Usai Dirawat 3 Hari, Korban Tewas Ledakan Smelter Morowali Total 19 Orang

JAKARTA (Lenteratoday)- Setelah dirawat 3 hari, Amiruddin, warga Pammusureng, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Sulsel, meninggal dunia. Dia menjadi salah satu korban luka berat saat ledakan terjadi pada tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang berada di area PT IMIP Morowali, Sulawesi Tengah, Minggu (24/12/2023).
Jarak Bone-Morowali sekitar 750 km.
Amiruddin sempat mendapat perawatan intensif di RSUD Morowali karena mengalami luka bakar pada sekujur tubuhnya.Namun, perjuangan Amiruddin kini berakhir. Dia dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (27/12/2023), sekitar pukul 00.15 WITA.
Meninggalnya Amiruddin itu menambah panjang daftar korban tewas, kini menjadi 19 orang. Sebelumnya, dilaporkan ada 18 orang yang meninggal dunia akibat peristiwa tersebut. Dengan rincian, 8 pekerja asing dan 11 pekerja lokal.
Kabar duka ini dibenarkan oleh Media Relations Head PT IMIP, Dedy Kurniawan."Iya benar, kembali ada satu orang meninggal. Jadi total keseluruhan sampai hari ini mencapai 19 orang meninggal dunia," kata Dedy kepada kumparan, Rabu (27/12).
Jenazah Amiruddin akan segera dibawa ke rumah duka di Kabupaten Bone, Sulsel. "Insyaallah hari ini jenazahnya dibawa pulang ke kampungnya, di Bone," kata Dedy.
Peristiwa ledakan tungku pengolahan nikel (smelter) terjadi pada Minggu (24/12) malam. Peristiwa ini mengakibatkan 59 pekerja menjadi korban tewas maupun luka-luka.
Hingga saat ini, manajemen PT IMIP juga masih melanjutkan investigasi bersama tim gabungan dari Kementerian Ketenagakerjaan, tim penyelidikan dari Polda Sulteng, HRD PT IMIP, Safety PT IMIP, dan Safety Tenant.
DPR: Moratorium Semua Smelter China
Terpisah, Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto meminta pemerintah menghentikan sementara (moratorium) semua operasional smelter perusahaan asal China di Indonesia.
Ia pun mendesak pemerintah untuk segera mengaudit semua smelter tersebut secara ketat. Terlebih, kecelakaan kerja di smelter milik China di Indonesia bukan kali pertama terjadi.
Oleh sebab itu, audit harus dilakukan secara profesional, objektif dan menyeluruh terhadap aspek keamanan dan keselamatan kerja. Menurut dia, jangan sampai karena ada pertimbangan politik, pemerintah mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan itu.
"Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar alat kerja di smelter-smelter milik China diimpor dari China juga. Bahkan sampai komponen terkecil seperti baut dan mur," kata Mulyanto dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (27/12/2023).
Mulyanto menilai pemerintah perlu mengetahui secara pasti kualitas barang yang selama ini dipakai untuk menunjang operasional smelter. "Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan," kata Mulyanto.
Reporter: dya,rls/Editor: widyawati