
SURABAYA (Lenteratoday)-Ketidakhadiran putra Presiden Jokowi sekaligus kandidat wapres dari Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka dalam memenuhi undangan Universitas Muhammadiyah Surabaya Jumat (24/11/2023) disayangkan banyak pihak. Apalagi menurut pihak Muhammadiyahereka sudah memberi kesempatan luas.
Diketahui, dialog publik dengan menghadirkan Prabowo-Gibran seharusnya digelar pada 21 November 2023 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Namun, karena berbenturan dengan agenda Prabowo lainnya, maka dipindah ke Universitas Muhammadiyah Surabaya pada 24 November 2023. Nyatanya, Gibran tetap tidak bisa hadir meskioun sudah diganti jadwal dan lokasi dialog.
Menanggapi hal itu Dosen Politik Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi Kusman Ph.D mengatakan ketidakhadiran Gibran dalam dialog terkait visi misi Calon Presiden memperlihatkan keterbatasan strategi politik gimmick yang digunakan oleh pasangan tersebut dalam menghadapi Pilpres 2024.
"Seperti kita ketahui bahwa pasangan tersebut menggunakan stratgi kampanye politik gimmick seperti Joged Gemoy yang disebarkan dalam berbagai platform media sosial untuk memikat pemilih," katanya.
"Strategi kampanye yang sebetulnya memiliki fungsi manipulatif untuk mengalihkan warga terkait berbagai persoalan2 yang dihadapi pasangan tersebut seperti dugaan pelanggaran HAM, pelanggaran etik berskala berat dalam kandidasi Gibran sebagai wapres salam proses di MK kemarin, maupun kekhawatiran mobilisasi aparatur negara seperti perangkat desa demi pemenangan," lanjutnya.
"Ketidakhadiran Gibran ini membuktikan kekalahan gagasan, dan ketidaksiapan pasangan tersebut dalam mempertanggungjawabkan gagasan seperti apa yang akan dibawa oleh pasangan tersebut dalam momen pilpres 2024," tambah Airlangga
Berkaitan dengan hal tersebut, dikatakannya, publik bisa mengambil pelajaran bahwa kontestasi Pilpres 2024 membutuhkan politik adu gagasan untuk memastikan jalan masa depan Indonesia tetap berada pada rel pemajuan bangsa dan negara ke depan.
"Tingginya dosis politik gimmick hanya akan memperdaya publik dan mengelabui kesadaran publik bahwa pasangan yang menggunakan politik gimmick sebetulnya mereka tidak siap mengelola negara dengan gagasan dan praktik bernegara, dimana mereka telah mengalami kekalahan awal politik yaitu kekalahan politik gagasan!" tegasnya.
Reporter:jannah,rls /Editor: widyawati