08 April 2025

Get In Touch

Atasi Stunting di Surabaya, 506 Mahasiswa Kedokteran Terjun ke 153 Kelurahan

Mahasiswa kedokteran diterjunkan untuk mengatasi masalah stunting di Surabaya.
Mahasiswa kedokteran diterjunkan untuk mengatasi masalah stunting di Surabaya.

SURABAYA (Lenteratoday) - Guna mengatasi masalah stunting di Kota Surabaya, sebanyak 506 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) diterjunkan ke 153 kelurahan di kota Pahlawan tersebut. Para mahasiswa ini terlibat dalam kuliah kerja nyata (KKN) tematik untuk mengatasi permasalahan stunting.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan mahasiswa di setiap perguruan tinggi memiliki kekuatan dan kontribusi penting bagi pembangunan kota. "Maka dari itu, kami mengajak para mahasiswa untuk turun bersama jajaran pemkot menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di tengah masyarakat," katanya dalam keterangan yang diterima Jumat (6/10/2023).

Kuliah kerja nyata kali ini, bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Belajar Komunitas Tematik Kampung Emas Madani 2.0 Tahun 2023.

Program tersebut, bagian dari upaya Pemkot Surabaya bersama perguruan tinggi dalam pencegahan dan penanganan stunting secara terpadu melalui upaya konvergensi, intervensi gizi sensitif, dan spesifik.

Dalam program tersebut, mahasiswa FK Unair juga melakukan program pengabdian masyarakat lainnya, seperti edukasi soal pernikahan dini dan pencegahan kematian ibu serta anak. "Ketika perguruan tinggi itu hadir di tengah pemerintah, memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat dengan semangat mahasiswanya, maka akan selesai permasalahan itu," katanya.

Ia mengucapkan terima kasih kepada para guru besar Unair yang ikut melepas mahasiswa KKN di Gedung ASEEC Kampus B Unair pada Kamis (5/10/2023). Menurutnya, tanpa bantuan para guru besar tersebut permasalahan stunting di Kota Surabaya tak akan bisa turun secara drastis seperti saat ini. Pada 2021 prevalensi stunting di Kota Surabaya 28,9 persen (6.722 kasus), kemudian menurun signifikan pada 2022 menjadi 4,8 persen (923 kasus).

Jajaran Pemkot Surabaya bersama forkopimda, perguruan tinggi, dan pemangku kepentingan lainnya terus bekerja keras mengentaskan stunting sehingga pada akhir September 2023, angka tengkes di "Kota Pahlawan" --sebutan Surabaya-- turun menjadi 529 kasus.

"Tanpa ada campur tangan dingin dari Pak Rektor dan para guru besar serta perguruan tinggi yang ada di Surabaya, menjadikan 4,8 persen, stunting Kota Surabaya terendah di Indonesia. Ini menunjukkan apa? Bahwa pemerintah kota tidak pernah sendiri," kata dia.

Rektor Unair, Mohammad Nasih, mengatakan para mahasiswa FK Unair yang mengikuti program tersebut dapat memberikan kontribusi dan hasil yang terbaik untuk masyarakat dan negara. Ia juga mengharapkan kegiatan para mahasiswa FK Unair dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Kami berkomitmen, kalau anda nanti memberikan yang terbaik untuk warga Kota Surabaya di tempat anda semua mengikuti penmas (pendidikan masyarakat), dan bisa menuliskan laporannya dengan baik pula, maka lima SKS (Satuan Kredit Semester) kami tambah paling tidak bisa menjadi pengganti skripsi," katanya. (*)

Sumber : Antara | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.