
JAKARTA (Lenteratoday)- Amerika Serikat (AS) dan China saling 'serang' di sektor ekonomi. Usai negeri 'Paman Sam' melarang ekspor chip AI, kini giliran negara 'Tirai Bambu' yang menghentikan ekspor dua bahan baku penting untuk semikonduktor, telekomunikasi, dan industri mobil listrik, yaitu gallium dan germanium.
Dilansir Bloomberg, Rabu (5/7/2023), Kementerian Perdagangan China mengeluarkan pernyataan bahwa eksportir gallium dan germanium -- termasuk bahan campuran kimianya -- membutuhkan lisensi khusus dari Kementerian Perdagangan jika mau mengekspor kedua bahan tersebut ke luar China.
Mereka juga perlu melaporkan informasi terkait pembeli bahan tersebut dan tujuan pemakaian bahan tersebut. Hal ini menurut Kementerian Perdagangan China dilakukan untuk melindungi "keamanan dan kebutuhan nasional".
Saat ini China adalah penghasil gallium dan germanium terbesar di dunia. Mereka menyuplai 94% dan 83% kebutuhan gallium dan germanium dunia.
Sebenarnya gallium dan germanium bukan material yang langka, namun penambangannya membutuhkan biaya yang besar. China mendominasi karena bisa menjualnya dengan harga murah.
Gallium dan germanium adalah material yang digunakan di berbagai produk penting. Germanium dibutuhkan untuk membuat fiber optik, satelit eksplorasi luar angkasa, panel surya, layar LCD, dan lain sebagainya.
Sementara gallium adalah bahan penting di industri semikonduktor dan juga dipakai di HP, LED, dan sebagainya.
"Ini akan menjadi disruptif - germanium dan gallium sangat penting untuk indutri high tech," kata Anthony Lipmann, direktur perusahaan perdagangan metal Lipmann Walton & Co.
Namun langkah China ini pun juga berpotensi berbahaya untuk mereka sendiri. Pasalnya jika gallium dan germanium sampai langka dan harganya naik, negara lain pun bisa saja ikut menambang dua material ini dan mengganggu dominasi China.
"Untuk sementara harganya akan naik, namun kemudian dominasi pasar China bakal hilang. Hal serupa sebelumnya pernah terjadi untuk tungsten, tanah jarang, dan antimon, kata Christopher Ecclestone dan Hallgarten & Co.(*)
Sumber:Bloomberg,ist/Editor:widyawati