25 April 2025

Get In Touch

Hormati Lagu Kebangsaan, Guru MTs Kanigoro Dapat Beasiswa dan Laptop dari Mas Dhito

Bupati Hanindhito Himawan Pramana saat menyerahkan hadiah laptop kepada guru MTs Kanigoro,Putri Budyaningrah Utami.
Bupati Hanindhito Himawan Pramana saat menyerahkan hadiah laptop kepada guru MTs Kanigoro,Putri Budyaningrah Utami.

KEDIRI (Lenteratoday) - Budaya-budaya positif terus ditanamkan Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, pada setiap kesempatan yang dihadiri. Seperti budaya menghormati lagu Kebangsaan Indonesia Raya kepada masyarakat Kabupaten Kediri.

Berkat budaya sigap dan hormat saat lagu kebangsaan Indonesia yang dikumandangkan di acara Gelar Seni Jaranan Jawa dan Festival Jawa di kawasan Simpang Lima Gumul (SLG), Minggu (21/5/2023). Putri Budyaningrah Utami, guru MTs Kanigoro, Kecamatan Kras itu mendapat atensi bupati yang akrab disapa Mas Dhito dengan sikap sempurnanya.

Atensi yang diberikan Mas Dhito dengan menawarkan sejumlah hadiah. Dan Putri memilih beasiswa untuk anaknya. Mas Dhito langsung mengiyakan pilihan guru tersebut, malah ditambah satu unit laptop.

Mulanya, sesaat sebelum gelaran seni tersebut dimulai semua orang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian, bupati muda tersebut melihat sebagian orang tetap duduk meski lagu ciptaan W.R Supratman tersebut sudah dikumandangkan.

Melihat hal itu, bupati yang akrab disapa Mas Dhito tersebut mengingatkan penting sikap menghormati lagu kebangsaan sebagai jati diri bangsa dengan sikap sempurna dalam kondisi berdiri. “Bagaimana kita mau mempunyai tagline Kediri Berbudaya kalau (didengarkan) lagu kebangsaan saja jenengan duduk,” kata Mas Dhito.

Rupanya bupati yang gemar ber-Vespa itu memperhatikan sikap penonton saat menyanyikan lagu kebangsaan itu. Saat itulah Mas Dhito menemukan Putri Budyaningrah Utami yang tetap konsisten dengan sikap sempurnanya.

Mas Dhito menilai dengan tagline baru Kediri Berbudaya, sudah sepatutnya masyarakat juga menjunjung tinggi budaya menghormati lagu kebangsaan. Slogan Kediri Berbudaya, lanjutnya, tidak sekadar sebagai slogan atau tagline semata. Melainkan juga dipraktikkan dalam kehidupan.

“Kediri Budaya bukan hanya slogan, tapi bagaimana mempraktikkan budaya menghargai orang lain, budaya membuang sampah pada tempatnya, budaya menghargai lagu kebangsaan” tandas Mas Dhito.

Adapun Festival Jaranan Jowo ini diikuti oleh puluhan sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga SMA. Dengan Festival tersebut Mas Dhito menginginkan ke depan akan digelar di tempat-tempat peninggalan sejarah seperti candi.

Disinggung akan dimasukkannya Jaranan Jowo ke dalam kurikulum di sekolah, Mas Dhito berjanji mengkajinya lebih dalam. Namun menurutnya, hal itu sangat memungkinkan untuk dilakukan. “Ini akan menjadi pertimbangan untuk melestarikan satu kebudayaan itu harus di doktrin dari SD, SMP, SMA, kalau perlu dimulai TK,” pungkasnya. (*)

Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.