
JOMBANG (Lenteratoday) – Pemkab Jombang tahun ini menyiapkan dana Rp 1,3 miliar untuk pengadaan buku muatan lokal (mulok) diniyah yang baru bagi SD di Kabupaten Jombang.
Pengadaan buku mulok diniyah tersebut dilakukan guna mengganti buku yang lama. Sebab, buku mulok diniyah yang lama sudah banyak yang rusak, karena buku tersebut dicetak dan digunakan sejak 2017.
"Sekarang masih dalam tahap penyusunan, kami juga menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku," kata Senen, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Rabu (29//3/2023).
Sebenanrnya, buku mulok sendiri ada dua, yakni pendidikan diniyah dan pendidikan keagamaan. "Namun yang kami adakan tahun ini sementara buku mulok diniyah dulu," jelas Senen.
Dikatakan, buku mulok, baik keagamaan maupun pendidikan diniyah, terakhir diadakan 2017. Buku tersebut masih digunakan sampai sekarang. Semua siswa menggunakan kedua buku itu dengan status pinjam ke sekolah.
Namun Senen belum bisa menjelaskan secara rinci jumlah buku yang bakal dicetak atau diperbarui tersebut. "Yang jelas untuk semua siswa SD mulai kelas 1-6. Kalau ganti satu ya ganti semua. Yang lama tetap akan diberikan ke sekolah, tidak ditarik," urainya.
Senen mematok target awal tahun pelajaran baru 2023/2024, buku baru tersebut sudah dibagikan kepada siswa dan sudah dapat dimanfaatkan. "Pengadaannya melalui e-katalog, bisa cepat, tidak perlu melalui proses lelang," ucapnya.
Buku mulok saat ini, tiap kelas menggunakan dua kitab. Kelas 1 dan 2 menggunakan kitab pegon dan ro’sun sirah. Kelas tiga pakai kitab birrul walidain dan mabadi’ fiqih juz 1.
Kemudian kelas empat alala dan mabadi’ fiqih juz 2. Kelas lima dan enam kitab sifaul jinan dan aqidatul awwam.
Sedangkan untuk buku mulok keagamaan, menurut Senen, masih menggunakan buku yang diterbitkan Dinas Pendidikan kabupaten Jombang Mei 2017.
Kepala SDN Jombang 2, Jamadi, mengatakan, buku mulok keagaamaan sebenarnya juga butuh pembaruan dan koreksi. "Kelas 4 harusnya diajarkan kelas 2. Sedangkan kelas 2 seharusnya diajarkan kelas 4," kata Jamadi, kepala SDN Jombang 2.
Selain itu wujud buku juga mulai koyak. Sampul dan isi sudah terlepas. Sebab buku dipakai siswa secara turun temurun.
"Kalau kakak kelas naik atau lulus, buku tersebut dipakai adik kelasnya baru naik. Begitu seterusnya, jadi memang sudah banyak yang mulai rusak," kata Jamadi. (*)
Reporter : Sutono | Editor : Lutfiyu Handi