20 April 2025

Get In Touch

Sulitnya Petugas Medis Melakukan Tracing, dari Dimarahi hingga Dicaci Maki

Sulitnya Petugas Medis Melakukan Tracing, dari Dimarahi hingga Dicaci Maki

Surabaya- Perjuangan petugas medis sebagai garda terdepanpenanganan Covid-19 memang patut diapresiasi. Bagian kecil dari mereka adalahpetugas yang melakukan penyelidikan epidemiologi atau tracing terdahap OrangDalam Pemantauan (ODP) Covid-19. Dalam melaksanakan tugasnya, petugas daripuskesmas Dinas Kesehatan Kota Surabaya ini menghadapi berbagai macampengalaman, mulai dimarahi-marahi hingga dicaci maki oleh para OTG dan ODP.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanitamengatakan banyak cerita dari tim surveilans atau petugas tracing di lapangan,mulai ditolak, dimarah-marahi, diusir hingga dicaci maki. Para ODP ini jugamasih sering bilang bahwa dirinya sehat, padahal badannya sudah terkena virus,dan ketika didatangi ke rumahnya marah-marah.

“Banyak ceritanya begitu-begitu. Makanya petugas medis ituharus sabar, karena si ODP ini banyak yang belum menyadari bahwa mereka itusakit,” kata Feny-sapaan Febria Rachmanita, Minggu (3/5/2020).

Oleh karena itu, Feny sangat berharap kepada masyarakatuntuk bersama-sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Salah satunyadengan menumbuhkan kesadaran, jika memang dikatakan sakit oleh petugas medis,maka harus segera isolasi diri dan menjalankan protocol yang telah ditentukan.

Ia juga meminta stigma yang jelek tentang petugas medisharus dihindari. Sebaliknya, ia meminta masyarakat memberi dukungan penuhterhadap tim medis tersebut. “Wabah ini harus dihadapi bersama-sama, kami tidakbisa sendirian, ayo kita dukung tim medis,” ujarnya.

Adapun salah satu petugas surveilans yang pernahdimarah-marahi hingga dicaci maki oleh ODP adalah Ach. Fiqqy Fierly.Penanggungjawab surveilans dari Puskesmas Krembangan Selatan ini mengatakanbahwa dimarah-marah dan dicaci maki itu sudah sangat sering diterimanya selamawabah Covid-19 ini. Bahkan, hal itu selalu menjadi penyedap rasa setiapharinya.

“Di puskesmas itu kan ada beberapa tim yang diterjunkan. Timitu punya grup WhatsApp, dan ceritanya di grup itu hampir sama semua, ya adayang dimarah-marah lah dan ada yang dicaci maki,” kata Fiqqi memulai ceritanya.

Bahkan, Fiqqi mengakui bahwa di awal-awal melakukan tracingitu, berkali-kali dia dikatakan sebagai orang gila, tidak ada kerjaan, danberbagai cacian yang sangat kurang enak di hati. Namun, karena itu tugaspekerjaan dan demi menolong warga Kota Surabaya, dia tetap melakukannya meskipenuh dengan perjuangan.

“Yang paling sulit itu ketika ada OTG dan tidak sadar bahwadirinya sakit, sehingga dia menolak untuk diisolasi dan diobati. Mereka selalubilang saya ini sehat, kenapa harus diobati. Nah, yang seperti ini yang sangatbutuh perjuangan. Luar biasalah pokoknya,” katanya.

Fiqqi juga menjelaskan bahwa Covid-19 dan orang yang terkenavirus itu, termasuk para tim medisnya, seakan dianggap aib di tengah-tengahmasyarakat. Karenanya, ia sangat berharap kepada warga untuk sadar bahwa virusini bukan aib seperti layaknya HIV AIDS.

“Ini wabah yang harus kita hadapi bersama, makanya sayaselalu miris ketika melihat masih banyak yang tidak pakai masker dan tidak jagajarak. Padahal, kami ini berjuang mati-matian untuk menolong pasien Covid-19ini. Bahkan, kami sampai tidak memikirkan diri sendiri dan keluarga demimembantu saudara-saudara kita yang terkena Covid-19 ini. Jadi, ayo kita hadapiini bersama-sama,” pungkasnya. (*)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.