20 April 2025

Get In Touch

Selamat Hari Ayah, Ini yang Perlu Disiapkan Sebelum Menjadi Ayah

Psikolog Klinis sekaligus Dosen Fakultas Psikologi UIN Malang, Fuji Astutik, M.Psi., Psikolog
Psikolog Klinis sekaligus Dosen Fakultas Psikologi UIN Malang, Fuji Astutik, M.Psi., Psikolog

MALANG (Lenteratoday) – Pengasuhan orang tua akan sangat berpengaruh pada kepribadian sang anak. Terlebih figur seorang ayah. Psikolog dan dosen Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fuji Astutik, M.Psi., Psikolog, mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum menjadi orang tua.

“Jadi memang pengasuhan orang tua saat ini pasti akan dipengaruhi oleh pengasuhan sebelumnya. Misalnya kaku atau tidak ekspresif, itu bisa jadi karena karakterisitik kepribadian atau pola asuh dari orang tuanya si ayah,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (12/11/2022).

Pertama menurutnya, penting bagi calon mempelai terlebih calon ayah, untuk memiliki komitmen dalam pengasuhan anak. Tujuan dan langkah yang harus dilakukan dalam berumah tangga juga perlu dibicarakan sedari awal.

“Jadi, memiliki seorang anak itu perlu direncanakan. Ketika 2 orang menikah pasti sudah berkomitmen. Mereka berdua harusnya memiliki tujuan atau langkah dalam rumah tangganya. Siapa yang bertugas menjadi A dan B. Begitu juga dalam hal pengasuhan anak,” jelasnya.

Fuji menambahkan, tugas seorang ayah dan ibu harus didiskusikan ketika seorang memutuskan untuk menikah. Sehingga menurutnya, tidak akan ada kasus dimana sang ayah melakukan penghindaran kewajiban dalam pengasuhan anak.

“Kalau tidak didiskusikan dari awal. Sang Ayah ini akan merasa tidak mau ikut andil dalam pengasuhan si anak. Karena dipikirnya sudah menjadi kewajiban seorang ibu dalam mengurus anak. Agar tidak terjadi konflik, alangkah lebih baik dikomunikasikan sebelum memutuskan untuk memiliki anak,” imbuhnya.

Di sisi lain, Fuji juga menegaskan tidak akan telat seseorang untuk belajar tentang parenting, meskipun sudah dalam hubungan pernikahan. Hal pertama yang menurutnya perlu dilakukan adalah merekontruksi kembali tentang tujuan pernikahan.

“Yang pertama, merekontruksi kembali tujuan pernikahan itu seperti apa. Kemudian sering membawa si ayah ke kajian-kajian parenting. Dan difahamkan kepada seorang ayah atau suami, bahwa parenting ini bukan semata mata meringankan beban ibu,” terangnya.

Lebih lanjut, Fuji mengatakan seorang ayah harus menyadari terlebih dulu pentingnya bonding antara anak dengan orang tua. Ia menyebutkan salah satu cara yakni dengan mencari referensi terkait peran seorang ayah dalam keseharian anaknya. Sebab menurutnya, rasa nyaman antara orang tua dan anak akan muncul seiring dengan komunikasi yang baik.

“Mulai dulu lah dengan mengikuti kegiatan sehari hari sang anak. Misalnya terlibat dalam pengasuhan dari bayi, terlibat dalam mengantar anak ke sekolah, misalnya. Nanti dengan pembiasaan seperti itu lama lama akan tercipta bonding. Dengan munculnya perasaan nyaman. Itu akan menyebabkan komunikasi terjalin dengan baik,” paparnya.

Kemudian, ketika disinggung mengenai adakah pengaruh negatif apabila anak kehilangan figur dari pihak ayah, Fuji mengatakan kemungkinannya cukup besar. Dijelaskannya, akan ada sisi yang hilang dari si anak, disadari atau tanpa disadari.

“Salah satunya adalah sportifitas, kemudian keberaniannya dalam menghadapi suatu resiko, pengambilan keputusan. Karena kan tipe laki-laki ini biasanya rasional dalam pengambilan keputusan. Hal hal seperti ini biasanya akan kurang pada diri anak. Kemudian bagaimana pengelolaan dirinya juga akan kurang dimiliki oleh seorang anak. Walaupun memang tidak semuanya,” ungkapnya.

Yang lebih ekstrem, menurut Fuji. Jika kehilangan figur seorang ayah dirasakan oleh anak perempuan. Ia mengatakan dalam kasus tertentu, si anak perempuan bahkan akan mencari figur ayah di luar rumah, dengan konotasi negatif.

Oleh karena itu, ditegaskannya agar sebelum memutuskan untuk menikah. Perlu adanya komitmen, diskusi tentang tujuan, langkah, dan pengasuhan anak yang baik dari pihak calon ayah dan calon ibu. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.