Kesbangpol Jateng Beri Pembinaan untuk 224 Eks Napiter, Mulai dari Ideologi Hingga Ekonomi

SEMARANG (Lenteratoday) - Tercatat terdapat sejumlah 224 eks napi kasus terorisme (Napiter) di Jawa Tengah. Demi mencegah kembalinya napiter menyebarkan faham terorisme, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah melakukan beragam pembinaan, mulai ideologi hingga ekonomi.
Analis Kebijakan Ahli Muda Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Jateng, Widi Nugroho, menyampaikan bahwa eks napiter diklasifikasikan ke dalam 4 level mulai dari yang paling tertutup. Adapun jumlah eks napiter terbanyak yakni di level 1, yang masih sangat menutup diri.
"Level 1 jumlahnya 87 orang, biasanya mereka masih tertutup sekali, tidak mau diajak ngomong. Kemudian untuk level 2 ada 29 orang dan level 3 ada 47, untuk dua level ini biasanya hampir sama mereka mau ditemui, tapi dia belum terbuka, lalu terakhir untuk level 4 ada 81, kalau ini biasanya dia keluar dari penjara, kemudian sudah bebas bersyarat, mengakui NKRI, dia terbuka, mau ikut acara," ujarnya saat ditemui di kantornya baru-baru ini.
Setiap eks napiter akan didampingi oleh petugas saat ia telah dinyatakan keluar dari hukuman. Namun, akan ada pembinaan khusus yang berbeda setiap levelnya.
Nantinya, Kesbangpol Jateng akan bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menentukan indikator di masing-masing level. Hal tersebut akan memudahkan Kesbangpol dalam menentukan pembinaan yang sesuai.
"Pembinaan yang diberikan akan berbeda, untuk bulan ini kita baru saja melakukan pembinaan pelatihan barista untuk eks napiter. Untuk Indikator juga sangat beragam, ada yang masuk melalui ideologi, ada juga dari ekonomi," katanya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa perempuan dan mahasiswa menjadi kelompok yang paling rentan terpengaruh oleh faham terorisme. Oleh karenya, ia berpesan kepada perempuan dan mahasiswa untuk berhati-hati dalam memilih kelompok kajian.
"Jadi untuk menanggulangi itu, saya menghimbau khususnya para mahasiswa untuk berhati-hati ketika memasuki lingkungan baru. Apalagi ketika baru mengikuti kegiatan agama, harus berhati-hati untuk memilih guru dan tempat kajiannya," ujarnya.
Reporter : Azifa Azzahra | Editor : Endang Pergiwati