23 April 2025

Get In Touch

Gang Dolly dan Morsen Dikabarkan Buka Lagi, DPRD Surabaya: Pemkot Harus Punya Solusi Atasi Problem Sosial Prostitusi

Ilustrasi .
Ilustrasi .

SURABAYA (Lenteratoday) - Kabar bukanya kembali area prostitusi terbesar di Asia Tenggara, yaitu Gang Dolly,  santer terdengar hingga ke telinga para anggota DPRD Kota Surabaya. Hal itu mendorong para wakil rakyat ini untuk melakukan investigasi dan memastikan kebenaran kabar tersebut.

"Dolly dan Morsen (Moroseneng) buka lagi? Pertanyaan ini saya terima dari beberapa teman setelah mereka mendapatkan informasi dari mulut ke mulut secara terbatas," ujar Drs. Imam Syafi'i SH MH, selaku Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya ketika dimintai tanggapan terkait kabar tersebut.

Imam Syafi'i mengaku langsung melakukan sidak dan investigasi untuk memastikan kebenaran kabar ini. "Saya turun langsung ke bekas tempat lokasi pelacuran terkenal ini," ungkap Imam.

Sebelumnya, Imam mengungkapkan ia berharap, bahwa kabar tersebut cuma hoax atau sekedar isu miring di tengah masyarakat. Karena Pemkot Surabaya sudah menggelontorkan dana sekitar Rp 16 milyar untuk mengentaskan prostitusi sekitar 8 tahun yang lalu. Pemkot juga membeli belasan, bahkan puluhan rumah yang sebelumnya dijadikan lokasi prostitusi.

Rumah-rumah yang dulu kononnya dibuat maksiat itu disulap menjadi taman, rumah baca, tempat budidaya anggrek, hingga sentra produk UMKM. Bahkan kabar terbaru di Sememi Jaya, sangat dekat Morsen, juga didirikan Rumah Padat Karya untuk warga MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah, red). Yaitu sebagai tempat cuci motor dan mobil melalui program Rumah Padat Karya, yang baru-baru ini diresmikan langsung oleh Walikota Surabaya, Eri Cahyadi.

"Saya harap kabar bukanya Dolly dan Morsen tidak benar alias hoax. Maklum Pemkot Surabaya sudah menggelontorkan dana yang sangat besar. Pemkot dulu juga membeli belasan bahkan puluhan rumah yang sebelumnya dijadikan bisnis prostitusi untuk memutus rantai prostitusi," tutur Imam.

Namun kabar bukanya kembali Gang Dolly untuk bisnis prostitusi terbesar, ternyata bukan cuma isapan jempol. "Setelah melakukan investigasi ke lapangan, ternyata kabar bukanya lagi Dolly dan Morsen bukan isapan jempol. Di Dolly saya temukan 10 wisma beroperasi lagi," beber Imam, Minggu (03/07/2022).

Modus wisma di Morsen digembok dari luar. Namun gembok dibuka jika makelar di depan rumah membawa masuk laki-laki hidung belang yang ingin jajan kue cinta instan di dalamnya. Sedangkan di Dolly, modus cafe yang gunakan untuk prosititusi tidak jauh dari mulut gang Dolly.

"Modusnya wisma digembok dari luar. Gembok dibuka jika makelar di depan rumah membawa masuk laki-laki hidung belang yang ingin jajan kue cinta instan di dalamnya. Tamu wisma bisa pilih cewek-cewek yang di-display di showroom. Harganya Rp 180 ribu dan Rp 200 ribu," imbuh Imam.

"Di Dolly agak beda. Saya memergoki cafe dipakai untuk prosititusi. Tidak jauh dari mulut gang Dolly. Di pinggir jalan utama.Tidak ada ruang pamer gadis-gadis penjaja cinta duduk berderet di sofa. Seperti di Morsen," imbuhnya lagi Politisi dari fraksi Nasdem ini.

Sebagai gantinya, agar bisnis haram ini tidak terendus petugas keamanan, makelar menunjukkan foto sejumlah gadis melalui handphone. Dengan penampilan melalui foto yang terlihat rata-rata masih muda dan cantik-cantik.

Jika sudah sepakat, gadis-gadis tersebut dijemput dari tempat kos mereka, sebelum naik ke loteng dengan tarif Rp 300 ribu. Bisnis haram tersebut tidak jauh dari cafe yang buka hingga jam 4 subuh itu.

Imam mengatakan, sebelumnya telah menyampaikan kabar ini saat rapat Komisi A (hukum dan pemerintahan) DPRD Surabaya dengan 31 Camat. Lalu beberapa hari kemudian dengan 154 lurah se-Surabaya pada hari Jum'at (01/07/2022) kemarin, jika memang lokasi prostitusi tersebut terbukti beroperasi lagi.

"Kemarin sudah saya singgung kabar ini, yaitu saat rapat Komisi A (Hukum dan Pemerintahan) DPRD Surabaya dengan 31 Camat. Lalu beberapa hari kemudian dengan 154 lurah se-Surabaya. Lha ini kok terbukti beneran ada," terang Imam merasa terkejut.

"Semoga ada upaya dari pemkot mengatasi persoalan sosial ini. Tidak hanya melarang gadis-gadis itu bermaksiat. Tapi juga dicarikan solusi yang manusiawi. Agar mereka tidak terus menerus ke menyesatkan tersebut," pungkas Drs. Imam Syafi'i SH MH, Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya.

Sementara itu, Camat Benowo Denny Christupel Tupamahu menuturkan, mulai Rabu (29/6/2022) malam dan seterusnya, pihaknya menerjunkan satgas ke lokasi guna melakukan pengawasan.

"Kita siagakan petugas untuk berjaga di lokasi mulai Rabu malam sampai selamanya. Kami pam mulai pukul 21.00 sampai dengan 04.00," tegas dia.

Adapun empat personil satpol PP berjaga di pos depan Taman Anggrek untuk memantau Jalan Sememi Jaya II. Lalu empat personil tambahan dari satpol PP kota disiagakan untuk berjaga di depan Rumah Maggot Jalan Sememi Jaya I.

"Kami usulkan ada sanksi pidana bagi pemilik wisma yang masih nekat buka secara sembunyi-sembunyi. Karena ke depan, konsen kami adalah mengubah kawasan Sememi ini menjadi Kampung Wisata Taman Anggrek," ucap camat.

Reporter : Miranti Nadya | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.