
KEDIRI (Lenteratoday) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri merilis angka inflasi Kota Kediri Mei 2022 sebesar 0,08 persen. Angka tersebut di bawah angka inflasi Jawa Timur yakni 0,49 persen dan nasional yakni 0,40 persen).
Bulan April 2022 inflasi di Kota Kediri sebesar 1,15 persen yang merupakan inflasi bulanan tertinggi sejak tahun 2014. Pada Mei 2022 ini mengalami rebound bahkan menjadi yg terendah se-Jawa Timur.
Hal tersebut disampaikan Lilik Wibawati, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri. Disebutkan sepuluh komoditas penyumbang inflasi, antara lain: cabai rawit inflasi sebesar 0,044 persen; sepeda inflasi sebesar 0,038 persen; hand body lotion inflasi sebesar 0,030 persen.
Selanjutnya, cabai merah inflasi sebesar 0,030 persen; bawang merah inflasi sebesar 0,026 persen; daging ayam ras inflasi sebesar 0,024 persen; telur ayam ras inflasi sebesar 0,023 persen; tissu inflasi sebesar 0,019 persen; ikan lele sebesar 0,015 persen dan upah asisten rumah tangga sebesar 0,014 persen.
Di samping sepuluh komoditas di atas, terdapat pula sepuluh komoditas yang menghambat inflasi, di antaranya: minyak goreng deflasi sebesar -0,148 persen; kangkung deflasi sebesar -0,041 persen; beras deflasi sebesar -0,019 persen; kacang panjang deflasi sebesar -0,016 persen.
Kemudian apel deflasi sebesar -0,013 persen; bayam deflasi sebesar -0,013 persen; emas perhiasan sebesar -0,011 persen; krim wajah deflasi sebesar -0,009 persen; sabun detergen bubuk deflasi sebesar -0,009 persen; dan nangka muda deflasi sebesar -0,006 persen.
Kendati demikian, ia tetap mengimbau Pemkot Kediri tetap waspada terkait angka inflasi di Juni 2022. Hal-hal yang patut diwaspadai di Juni, antara lain: kebijakan pelonggaran penggunaan masker, kebijakan kenaikan cukai rokok per 1 Januari 2022, serta perubahan iklim secara ekstrim.
“Saat ini pemerintah telah membuat kebijakan pelonggaran prokes, hal tersebut tentu memicu peningkatan mobilitas dan konsumsi masyarakat di pusat-pusat keramaian. Kalau demand naik maka bisa menimbulkan kenaikan harga,” jelasnya.
Lilik berharap agar inflasi Kota Kediri semakin terkendali. Oleh karenanya pihaknya terus berkolaborasi bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menjaga stabilitas harga di Kota Kediri. “Kami tetap mengupayakan agar inflasi di Kota Kediri ini terkendali, agar daya beli masyarakat tetap baik. Semoga melalui upaya bersama TPID kondisi tersebut dapat terkendali di Kota Kediri,” pungkasnya.
Chevi Ning Suyudi, kepala Bappeda Kota Kediri selaku Koordinator TPID menyampaikan kondisi inflasi yang relatif landai di Kota Kediri karena beberapa komoditas bahan pokok seperti beras dan beberapa jenis sayur mayur mulai turun harganya setelah pada momen menjelang lebaran kemarin sempat mengalami kenaikan.
“Keadaan ini diharapkan dapat dimanfaatkan terutama bagi kelompok UMKM untuk bounce back atau bangkit kembali dalam upaya pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19, seiring dengan terkendalinya harga,” ujarnya, Senin (6/6).
Tetapi di kesempatan yang sama, bapak dua anak ini juga mengingatkan perlunya waspada potensi tekanan harga di bulan depan karena kondisi cuaca yang kurang baik, kondisi ini terutama memengaruhi komoditas sayuran yang rentan terserang penyakit selama pergantian musim seperti cabai, tomat dan terong.
Dia mengimbau agar para ibu rumah tangga mulai menanam beberapa jenis sayuran tersebut di halaman rumah atau lahan yang dimiliki agar dapat memenuhi kebutuhan dapur tanpa terpengaruh kenaikan harga.
Terakhir, Chevy mengutarakan isu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak cukup menyita perhatian masyarakat, Pemkot Kediri telah bergerak sigap dengan membentuk Gugus Tugas Penanganan PMK.
PMK bertugas melakukan pencegahan masuknya penyakit ini serta melaksanakan penanganan jika terdapat hewan yang terjangkit, serta memeriksa semua hewan ternak yang akan dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dalam keadaan sehat, sehingga masyarakat Kota Kediri tidak perlu khawatir mengkonsumsi daging hewan ternak.
Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Endang Pergiwati