09 April 2025

Get In Touch

Problematik "Layangan Putus" Jadi Contoh Bahasan Dharma Wanita Kota Kediri

Dialog interaktif talkshow “Tepis Layang Putus dengan 5 Bahasa Cinta” dengan peserta anggota Dharma Wanita Kota Kediri.
Dialog interaktif talkshow “Tepis Layang Putus dengan 5 Bahasa Cinta” dengan peserta anggota Dharma Wanita Kota Kediri.

KEDIRI (Lenteratoday) -Tontonan di televisi dapat menjadi contoh fenomena yang terjadi di masyarakat. Salah satunya webseries di salah satu TV berbayar "Layangan Putus" yang menceritakan polemik keluarga yang digandrungi masyarakat.

Webseries bercerita tentang konflik yang terjadi tentang bagaimana hubungan suami dengan istrinya, anak dengan orang tua sukses membuat para penonton ketagihan mengikuti ceritanya.

Kisah "Layangan Putus" itu menginspirasi Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemerintah Kota Kediri ingin mengedukasi msyarakat mencegah terjadinya konflik keluarga seperti dalam cerita series tersebut melalui sebuah talkshow.

Tatik Imadatus S, M.Psi, Psikolog seorang psikolog dipilih untuk memberikan edukasi melalui talkshow dengan tema "Tepis Layang Putus dengan 5 Bahasa Cinta".

Menurutnya, setiap orang wajib mengetahui bahasa cinta yang dimiliki orang terdekat, seperti suami, istri, anak agar bisa mengekspresikan rasa cinta kepada orang mereka dengan ekspektasikan tanpa perlu menerka-nerka.

Adapun 5 bahasa cinta ini yakni; kata-kata penegasan, waktu berkualitas, mendapatkan hadiah, tindakan melayani serta sentuhan fisik. Bahasa cinta pertama; kata-kata penegasan (word of affirmation). Biasanya orang yang memiliki bahasa cinta ini, umumnya perlu mendengar pasangannya berkata “Aku cinta kamu”.

Bahasa cinta kedua; yakni waktu yang berkualitas (quality time). Bahasa cinta yang satu ini adalah tentang cara memberi pasangan sebuah perhatian secara penuh, artinya perhatian diberikan tidak boleh terganggu urusan lain, misalnya; gadget, pekerjaan, atau urusan dengan teman-teman. Disini harus memberi perhatian penuh untuk pasangan. Serta menghabiskan waktu bersama tanpa adanya gangguan.

Bahasa cinta ketiga: mendapatkan hadiah. Orang-orang yang memiliki bahasa cinta ini biasanya lebih senang diperhatikan dengan cara diberi hadiah. Orang-orang tersebut lebih cenderung membutuhkan tindakan nyata dan bukti dibandingkan dengan kata-kata saja.

Sedangkan, bahasa cinta keempat; tindakan melayani. Bahasa cinta yang satu ini mencakup apa saja untuk meringankan beban tanggung jawab pasangan. Misalnya mengirimkan makan siang kepada pasangan, pergi berbelanja kebutuhan pasangan, membantu pasangan menyelesaikan pekerjaannya, dan lainnya.

Bahasa cinta yang terakhir, yakni sentuhan fisik. Orang-orang yang memiliki bahasa cinta ini biasanya akan cenderung menyukai sentuhan fisik. Seperti halnya, genggaman tangan, pelukan, elus-elus kepala, dan lainnya.

Semua Bahasa cinta tersebut dikupas tuntas dalam talkshow yang ditayangkan secara langsung melalui instagram @harmonikediri pada 18 Maret 2022. Talkshow ini juga diikuti secara offline oleh ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Sekretariat Daerah Kota Kediri saat pertemuan rutin Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Kediri. Dimana Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan in charge pada pertemuan kali ini.

Ketua Dharma Wanita Persatuan Sekretariat Daerah Kota Kediri Nisa Ferry Djatmiko juga memberikan pesan dalam rumah tangga pasti ada cinta. Cinta itu adalah sebuah pemberian dari Tuhan. Untuk itu, cinta harus dipelihara di antara istri dan suami, ibu dan anak, ayah dan anak. Jadi keluarga itu adalah sebuah satu kesatuan.

"Cinta itu dipelihara dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Cinta kepada Tuhan itu yang menguatkan kita semua. Dengan kemungkinan terjelek terjadi sekalipun yang menguatkan itu tetap Yang Maha Pemberi Segalanya yaitu Allah SWT," terang Ketua Dharma Wanita Persatuan Sekretariat Daerah Kota Kediri (*)

Reporter: Gatot Sunarko|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.