20 April 2025

Get In Touch

Pendampingan Psikologis Bagi Siswa Korban Kekerasan di SMPN 49 Surabaya Terus Berjalan

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh,
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh,

SURABAYA (Lenteratoday) - Pasca insiden kekerasan kepada MR,  siswa SMPN 49 Surabaya, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya langsung memberikan pendampingan psikologis kepadanya. Dispendik ingin memastikan korban merasa aman dan nyaman berada di sekolah. Dari hasil pemeriksaan psikologis, MR sudah merasa bisa tetap melanjutkan sekolah, Rabu (02/01/22).

“Alhamdulillah psikologis anaknya tidak ada masalah yang serius, karena sejak awal kita terus dampingi juga. Kita juga dibantu teman-teman dari DP3APKB (Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) untuk mendampingi anak-anak,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh, saat mengunjungi keluarga korban di Jalan Kutisari Utara Gang 3, Surabaya.

Yusuf mengatakan, salah satu bukti bahwa psikologisnya tidak masalah adalah MR dan saudaranya kini bisa tetap masuk sekolah. Pendampingan psikologis ini tidak boleh terlambat, karena kalau dia tidak masuk sehari saja, kemungkinan ada dampak psikologis yang cukup parah.

“Jadi, saya memang utamakan untuk kepentingan anak dulu, dan alhamdulillah kondisinya sudah bagus sekarang,” ujar Yusuf.

Yusuf juga menjelaskan bahwa guru di sekolah itu adalah orang tua kedua, sehingga dia berharap di sekolah itu harus dibuat senang.

Seperti yang disampaikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, bahwa kalau anak disayangi dan dibuat senang, insyallah anak-anak itu merasa aman dan nyaman di sekolah.

Tak hanya itu, Ketua PGRI Kota Surabaya, Agnes Warsiati turut serta mengunjungi keluarga korban. Ia mewakili PGRI Surabaya menyampaikan permohonan maaf atas insiden ini, karena ini merupakan murni kekhilafan bagi seorang guru. Ia juga yakin dan percaya bahwa kejadian ini akan semakin menguatkan bagi semua guru di Surabaya.

 “Yang paling penting atas kejadian ini adalah menjadikan pembelajaran bagi kita para guru agar guru memang benar-benar fitrohnya menyayangi dan empati kepada anak. Itu yang harus jadi prioritas pedoman dalam mendidik, walaupun hatinya seperti apa, tapi karena itu adalah anak-anak, ya kita yang harus tetap menyayangi dan kita harus kembali dan ingat bahwa kita sebagai pendidik, betul-betul fitroh kita sebagai mendidik,” ungkap Agnes.

Selain itu, Agnes berkata mendidik itu harus sebagai orang tua yang harus selalu sabar. Makanya, kejadian ini menjadi suatu pembelajaran yang serius bagi semuanya. Bagaimana pun juga, seorang guru itu akan membawa arah pendidikan Surabaya, apalagi anak-anak sudah dua tahunan tidak sekolah (daring), sehingga tugas seorang guru harus terus memberi keamanan dan kenyamanan bagi siswa pada saat sekolah. Jadikan ini sebagai pembelajaran untuk pendidikan di Surabaya lebih baik ke depan.

Agnes menambahkan, anak-anak yang dididik hari ini adalah harapan dan masa depan pemimpin-pemimpin bangsa. Suatu saat nanti, mereka akan menjadi pemimpin di bidang mereka masing-masing.

Dia mengajak kepada seluruh guru di Kota Surabaya untuk mendidik anak-anak itu dengan tulus dan ikhlas. Karena kesuksesan anak, adalah kebanggaan dan keberhasilan guru dalam mendidik.

Reporter: Ryan Rizky | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.