
BIREUEN (Lenteratoday) – Perahu yang berisi dengan sekitar 120 pria, wanita, dan anak-anak pengungsi Rohingya, Myanmar, terombang-ambing di lepas pantai dan akhirnya terdampar di pantai Bireuen, sebuah kabupaten di pulau barat Sumatera, Minggu (26/12/2021).
Reuters menyebutkan, pihak berwenang Indonesia akan membantu memperbaiki kapal yang terdampar yang berisi lebih dari 100 orang Rohingya di lepas pantainya, tetapi tidak akan mengizinkan penumpangnya mencari perlindungan dan akan menolak kapal itu.
“Rohingya bukan warga negara Indonesia, kami tidak bisa membawa mereka begitu saja sebagai pengungsi. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah,” kata Dian Suryansyah, seorang pejabat angkatan laut setempat kepada Reuters, Selasa (28/12/2021).
Lebih lanjut Reuters menyebutkan bahwa pihak berwenang akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada kapal yang dilanda masalah, termasuk makanan, obat-obatan dan air, sebelum menolaknya.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (28/12/2021) bahwa kapal itu mengalami kerusakan mesin dan harus diizinkan untuk mendarat. "UNHCR prihatin dengan keselamatan dan kehidupan para pengungsi di kapal," kata pernyataan itu.
Badruddin Yunus, tokoh masyarakat nelayan setempat, mengatakan para pengungsi itu telah melaut selama 28 hari dan beberapa di antaranya jatuh sakit dan satu meninggal.
Pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar telah bertahun-tahun berlayar ke negara-negara seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia antara November dan April ketika laut tenang. Banyak yang telah ditolak, meskipun ada seruan untuk bantuan oleh kelompok-kelompok hak asasi internasional.
Lebih dari 730.000 Rohingya melarikan diri dari Myanmar pada Agustus 2017 setelah tindakan keras militer yang menurut para pengungsi termasuk pembunuhan massal dan pemerkosaan. Kelompok hak asasi manusia telah mendokumentasikan pembunuhan warga sipil dan pembakaran desa Rohingya. Ratusan telah mencapai Indonesia selama beberapa tahun terakhir, setelah berbulan-bulan di laut. (*)
Sumber : Reuters
Editor : Lutfiyu Handi