22 April 2025

Get In Touch

Hasil Pemetaan, Dibutuhkan 89 Hektar Lahan Untuk Relokasi Pemukiman Terdampak APG Semeru

Kerusakan lahan di Gunung Semeru (Ant)
Kerusakan lahan di Gunung Semeru (Ant)

SURABAYA (Lenteratoday) – Pemerintah telah melakukan pemetaan untuk relokasi pemukiman warga terdampak awan panas guguran (APG) Gunung Semeru. Dari hasil pemetaan tersebut setidaknya dibutuhkan sekitar 89 hektar lahan yang tersebar di dua lokasi berbeda.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan bahwa kemarin malam sudah rapat dengan Perhutani untuk melakukan update peta dari Bupati Lumajang dan sudah dilakukan pengecekan lokasinya. Khofifah juga menyebutkan tim dari Dinas Kehutanan Provinsi, tim dari divre Perhutani, dan tim dari Pemkab Lumajang sudah turun untuk mengecek lokasi di dua titik.

“Titik yang satu ada 79 hektar dan titik dua sekitar 9 hektar. Sementara menurut data terakhir kira-kira kita butuh 89 hektar. Jadi tetap semua dipetakan sesuai dengan data terakhir. Nah, sekarang surat ke Kementerian LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan) sudah diajukan dari Bupati Lumajang. Tadi malam tim dari divre rapat dengan Dishut Jawa Timur hari ini mereka cel lapangan,” kata Khofifah, Selasa (14/12/2021)

Khofifah juga berharap saat selesai tanggap darurat selama 14 hari maka peta itu sudah final. Sebab jika peta sudah final akan dilanjukan dengan pemadatan dan juga Land clearing. Sebab tidak semua lahan yang akan digunakan untuk relokasi tersebut rata.

Dia juga merasa yakin dengan adanya relokasi ini ini masyarakat bisa lebih tenang. Sebab selama ini yang dipertanyatakan oleh warga terdampak adalah terkait dengan rumah mereka. “Insya Allah masyarakat akan lebih tenang. Karena yang saya tanya di pengungsian, di rumah sakit itu selalu mereka sampaikan rumah saya bagaimana, Bu? Yang saya tanya kepada Posko kesehatan termasuk Kepala Dinas Kesehatan Provinsi saya tanya apa keluhan mayoritas warga, ternyata lebih pada ingin kepastian rumah mereka. Dan, saat yang sama warga kalau ditanya, (mereka) lebih senang kalau ke rumah yang kira-kira lebih baik. Bukan daerah rawan bencana jadi ini sudah ketemu semua titiknya,” tegasnya.

Dia juga menambahkan sudah menyampaikan peta pada Presiden saat melakukan kunjungan tanggal 7 Desember lalu. Namun, peta yang disampaikan tersebut masih peta sementara dan masih terus melakukan upaya pemetaan lebih detail lain. “Nah hari ini kan ada tambahan lagi, maka update dari tambahan per kemarin, tadi malam, sudah dibahas. Hari ini cek lapangan, mudah mudahan selesai,” sambungnya.

Kemudian, lanjutnya, ada Rekomendasi dari Kementerian LHK melalui Direktur Jenderal Planologi untuk cek lapangan. Nantinya, rekonstruksi semua bangunan akan dilakukan oleh BNPB dan dikerjakan oleh Kementerian PUPR. Sedangkan untuk pembangunan fasum dan fasos, diantaranya  24 unit tempat pendidikan, 5 tempat ibadah, sudah ada beberapa kalangan lain dari private sector yang menawarkan membantu membangun, tapi itu baru dilakikan kalau lahannya sudah fix.

Sementara untuk pembangunan jembatan Gladak yang mempersambungkan Candipuro-Pronojiwo baru akan dibangunan jembatan darurat berupa jembatan gantung dalam dua bulan mendatang. Sedangkan untuk jembatan permanen kemungkinan baru dilakukan tahun depan.

“Jembatan itulah yang membantu koneksitas ke Malang. Berarti jembatan ini menjembatani sisi pendidikan, menjembatani sisi ekonomi, menjembatani sistem pemerintahan itu yang mudah-mudahan 2 bulan ke depan selesai jembatan darurat, ini jembatan gantung nya. Tapi yang permanennya kemungkinan setahun ke depan. Kan harus dilakukan assassement dan seterusnya desain nya saya sudah lihat, sudah ada,” pungkasnya. (*)

Reporter : Lutfiyu Handi

Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.