
KEDIRI (Lenteratoday) - Sabar berbuah nikmat, pepatah itu cocok dengan nasib Christiani Budi Lestari, 50, telah mengabdi 18 tahun sebagai guru honorer. Diusianya yang tidak muda lagi, Tari, yang sehari-hari mengajar di kelas 1 SDN Mojoroto 6 ini, lolos sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Mengajar tentang karakter dan sopan santun, serta mengasuh siswa kelas 1 menjadi tantangan bagi Tari.Terlebih lagi, pada masa pandemi, dia harus lebih intens mengajarkan baca tulis pada peserta didiknya di SDN Mojoroto 6. “Pada awal masuk, saya langsung mengajar di kelas 1. Sempat mengajar 2 tahun menjadi guru kelas 2, namun akhirnya kembali lagi jadi guru kelas 1 hingga sekarang,” ujar Tari.
Selama mengajar, ia cukup mendapat banyak apresiasi dari wali murid. Bahkan, tidak sedikit juga yang menanyakan siapa guru kelas 1 sebelum mendaftarkan anaknya. “Di tiap akhir tahun ajaran, banyak orangtua yang mengapresiasi dan sampai memberi hadiah,” ungkap Tari.
“Di awal tahun ajaran juga, tidak sedikit yang menanyakan di bagian pendaftaran, Apakah guru kelas 1 masih Bu Tari?. Biasanya menanyakan hal itu karena pengalaman kakaknya pernah sekolah disini, dan ada juga yang mau mendaftarkan cucunya,” tambah perempuan yang telah menjadi guru honorer selama 18 tahun.
Ia juga bercerita, telah mengikuti 5 kali tes CPNS dan 1 kali tes PPPK namun ia merasa belum beruntung waktu itu. “Pada tes P3K tahun 2019, nilai saya hanya selisih 1 poin dari passing grade. Di situ saya menyesal, bahkan saat mengikuti PPPK tahun 2021 ini pun, saya sempat pesimis bisa lolos,” ungkap Tari.
Bagai sedia payung sebelum hujan, Tari pun telah merintis usaha kecil-kecilan di depan rumah untuk ancang-ancang jika tidak lolos. Ia pun bertekad untuk berhenti mengajar, mengingat usianya yang tidak muda lagi.
Namun di saat yang tidak terduga dan persiapan yang secukupnya, Tari mampu lolos P3K dengan perolehan nilai 200 poin, ditambah dengan afirmasi menjadi 325 poin. Kini, ia tengah mempersiapkan pengumpulan berkas P3K.
Meskipun banyak duka juga yang dilalui oleh Tari sebagai guru honorer, ia cukup berterima kasih pada Pemkot Kediri yang telah peduli terhadap profesi ini. “Selama ini, kami mendapat insentif dari Pemkot Kediri, dan ditambah tunjangan fungsional dari provinsi. Saya sangat berterima kasih karena Pemkot Kediri masih menghargai pengabdian kami dan diperhatikan kesejahteraan kami. Semoga ke depan Pemkot Kediri tetap memberikan kebijakan terbaik untuk kesejahteraan para guru,” ujar Tari.
Salah satu tanggapan datang dari wali murid tentang model mengajar Tari. Yaitu Hesti, ibu dari Syalwa, peserta didik kelas 1. Hesti menyampaikan selain karena dekat dari rumah, ia menyekolahkan anaknya di SDN Mojoroto 6 karena percaya dengan Tari.
“Dulu saya sempat juga diajarkan oleh Bu Tari meskipun tidak penuh selama 1 tahun. Sekarang anak saya juga bersekolah di sana, dan dia bilang kalau Bu Tari sabar, enak ngajarnya, nggak galak,” ujar Hesti.
Selama PTM ini pun, kelas yang diampu Tari dikelompokkan sesuai kemampuan baca tulis peserta didiknya. Hal ini untuk mempermudah pembelajaran sehingga tidak ada yang tertinggal.
Sementara itu, Wali kota Kediri, Abdullah Abu Bakar pun mengapresiasi kegigihan para pahlawan tanpa tanda jasa ini dalam mengabdi dan mengikuti berbagai tes guna mencapai tingkatan lebih tinggi.
“Kami sangat bersyukur, Kota Kediri banyak memiliki tenaga pendidik yang selalumengabdi untuk kecerdasan anak-anak. Tidak ada hal yang lebih penting dari pendidikan yang layak bagi anak-anak kita. Maka dari itu, selain adanya tes CPNS maupun PPPK yang diadakan pemerintah, Pemkot Kediri terus mengupayakan kesejahteraan guru honorer,” ujar Mas Abu.
Ia juga berharap pada guru yang telah lolos P3K dapat mengemban amanah dengan baik untuk mendidik anak-anak di Kota Kediri.
Reporter: Gatot Sunarko
Editor : Lutfiyu Handi